Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Hati-hati, Rupiah Ditutup Terlemah Kedua di Asia

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp14.166 per dolar AS melemah 0,184% atau 27 poin.
Nasabah menghitung uang di sebuah Money Changer, di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Himawan L. Nugraha
Nasabah menghitung uang di sebuah Money Changer, di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Himawan L. Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah melanjutkan pelemahan pada perdagangan Selasa (15/10/2019) di tengah kehati-hatian investor setelah negosiasi perdagangan AS dan China pada pekan lalu.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp14.166 per dolar AS melemah 0,184% atau 27 poin. Kinerja rupiah tersebut menjadi kinerja mata uang terlemah kedua di antara mata uang Asia lainnya.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pada awalnya hasil negosiasi perdagangan AS dan China pada pekan lalu membuat minat investor terhadap aset investasi berisiko meningkat, tetapi respon tersebut tampak telah berubah dan cenderung bergerak menjauhi aset berisiko, termasuk rupiah.

“Meskipun pasar pada awalnya menyambut kesepakatan perdagangan fase pertama antara AS dan Cina yang digariskan oleh Presiden Donald Trump pekan lalu, kurangnya detail membuat banyak investor berhati-hati,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Selasa (15/10/2019).

China menginginkan lebih banyak pembicaraan sebelum Presiden China Xi Jinping setuju untuk menandatangani kesepakatan perdagangan fase pertama.

Selain itu, menambah sentimen risiko, WTO secara resmi mengizinkan AS untuk mengenakan tarif impor hingga US$7,5 miliar terhadap barang-barang Uni Eropa setelah keputusan arbiter kasus subsidi untuk Airbus.

Sementara itu, dari dalam negeri data BPS menunjukkan sepanjang September 2019, neraca dagang Indonesia masih mengalami defisit sebesar US$ 160,5 juta, sehingga sepanjang tahun berjalan terjadi defisit sebesar US$1,95 miliar. Sentimen tersebut pun telah memberikan beban terhadap pergerakan rupiah.

Kendati demikian, dia menilai pemerintah masih optimistis bahwa defisit tersebut tidak berdampak lebih buruk terhadap kondisi ekonomi Indonesia, terutama di tengah ekonomi dunia saat ini sedang melambat akibat perang dagang dan Brexit.

Ibrahim juga mengatakan bahwa Bank Indonesia pun terus melakukan intervensi melalui transaksi di pasar valas dan obligasi dalam perdagangan DNDF untuk menopang pelemahan rupiah.

“Walaupun intervensi tersebut kurang membuahkan hasil yang maksimal akibat data eksternal yang kurang bersahabat, tetapi terlihat mata uang garuda fluktuatifnya masih bisa terkendali dengan baik,” ujar Ibrahim.

Dia memprediksi rupiah masih bergerak melemah pada perdagangan Rabu (16/10/2019) di kisaran Rp14.132 per dolar AS hingga Rp14.190 per dolar AS akibat tersengat data eksternal yang masih membebani penguatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper