Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mematahkan rentetan pelemahan yang dialami empat hari beruntun bersama nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Namun secara keseluruhan, sentimen pasar global masih rapuh. Indeks saham lainnya di Asia cenderung masih terdampak memanasnya tensi dagang AS-China.
Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com, Rabu (7/8/2019):
Sehabis Memble 4 Hari, IHSG Tancap Gas ke Level 6.200
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses memantapkan rebound-nya dan berakhir melonjak kembali menembus level 6.200 pada perdagangan hari ini.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang masing-masing naik 3,66 persen dan 2,21 persen menjadi pendorong utama penguatan IHSG.
Menurut Direktur PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya, rilis data cadangan devisa memberikan angin positif yang mendorong kenaikan IHSG.
“Hal ini juga ditunjang oleh masih tercatatnya capital inflow secara year to date serta stabilnya nilai tukar,” katanya dalam keterangan tertulis.
Sejalan dengan IHSG, nilai tukar rupiah juga berhasil membukukan rebound dan berakhir menguat 52 poin atau 0,36 persen ke level Rp14.225 per dolar AS. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di level 14.215 – 14.292.
Pada perdagangan Selasa (6/8), rupiah berakhir terdepresiasi 22 poin atau 0,15 persen di posisi 14.277, pelemahan hari keempat beruntun.
“Kami memperkirakan pergerakan kurs rupiah akan menahan kisaran baru-baru ini di 14.000-14.500 terhadap dolar AS,” ujar Chang Wei Liang, pakar strategi makro di DBS, Singapura, seperti dikutip dari Bloomberg.
Sentimen Pasar Masih Rapuh, Bursa Asia Gundah Gulana
Bursa Asia berakhir cenderung variatif di tengah bertahannya kekhawatiran pasar soal tensi dagang AS-China. Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup melemah 0,33 persen saat indeks Topix mampu naik tipis 0,05 persen, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan melemah 0,41 persen.
Sementara itu, indeks saham Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing berakhir melemah 0,32 persen dan 0,41 persen, sementara indeks Hang Seng Hong Kong ditutup naik tipis 0,08 persen.
Presiden AS Donald Trump menepis kekhawatiran akan perang dagang yang berkepanjangan dengan China. Namun pemerintah China telah mengirimkan peringatan keras bahwa pelabelan negeri ini sebagai manipulator mata uang akan memberi konsekuensi parah bagi tatanan keuangan global.
“Dengan masuknya isu mata uang ke dalam perang perdagangan, investor yang terekspos pada ekuitas Asia kini dihadapkan dengan berbagai faktor ketimbang prospek pendapatan langsung,” ujar Jim McCafferty, kepala penelitian ekuitas untuk Asia-Jepang di Nomura.
Harga emas Comex untuk kontrak Desember 2019 terpantau lanjut melonjak 21,70 poin atau 1,46 persen ke level US$1.505,90 per troy ounce pukul 18.53 WIB.
Sebagai aset safe haven, popularitas emas kian menanjak didorong permintaan berkelanjutan akibat eskalasi perang perdagangan AS-China, perlambatan pertumbuhan global, dan langkah pelonggaran kebijakan moneter oleh bank-bank sentral di seluruh dunia.
Di dalam negeri, harga emas batangan Antam berdasarkan daftar harga emas untuk Butik LM Pulogadung Jakarta naik sebesar Rp7.000 menjadi Rp746.000 per gram. Harga pembelian kembali atau buyback emas Antam ikut naik Rp7.000 menjadi Rp673.000 per gram.
Pada Juli, Harga Kopi Sentuh Level Tertinggi Sepanjang 2019
Harga kopi dunia menembus level tertingginya pada bulan lalu, sebesar US$103,01 per pon. Level tertinggi sejak November 2018 yang saat itu mencapai US$109,59 per pon.
Organisasi Kopi Internasional (International Coffee Organizaton/ICO) dalam laporan Juli 2019 mencatat, harga rata-rata indikator komposit bulanan ICO tumbuh 3% menjadi US$103,01 sen atau sekitar Rp14.651 per pon pada Juli tahun ini, dibandingkan dengan Juni.
Capaian tersebut menandai pertama kalinya rata-rata harga kopi lebih dari US$100 sen per pon, sejak Februari 2019 ketika harga rata-rata mencapai US$100,67 per pon.