Bisnis.com, JAKARTA — Aliran dana asing telah mengalir deras ke pasar saham Indonesia setidaknya dalam sebulan perdagangan terakhir. Masuknya dana asing terjadi seiring dengan adanya kocok ulang atau rebalancing di indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) dan indeks FTSE Global Equity Series.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pasar saham Indonesia mencatatkan nilai beli bersih atau net buy asing sebesar Rp2,37 triliun pada perdagangan hari ini, Selasa (26/8/2026). Dalam sebulan perdagangan terakhir, pasar saham Indonesia pun mencatatkan masuknya dana asing dengan catatan net buy asing sebesar Rp10,3 triliun.
Meskipun, pasar saham Indonesia masih mencatatkan larinya dana asing dengan nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp49,33 sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.
Masuknya dana asing dengan deras dalam sebulan perdagangan terakhir terjadi di tengah momentum rebalancing indeks global, MSCI dan FTSE.
FTSE Russell telah mengumumkan kocok ulang konstituen indeks FTSE Global Equity Series. Berdasarkan data FTSE Russel, saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) masuk ke dalam kategori large cap FTSE Global Equity Index Series seri Asia Pacific ex Japan ex China.
Di kategori mid caps, saham PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) keluar indeks FTSE Global Equity Index Series. Sementara itu, tidak ada saham asal Indonesia yang masuk maupun keluar dari FTSE Global Equity Index Series kategori small cap.
Baca Juga
Di sisi lain, delapan emiten asal Indonesia masuk dalam FTSE Global Equity Index Series kategori micro cap. Mereka adalah PT Kencana Energi Lestari Tbk. (KEEN), PT Midi Utama Indonesia Tbk. (MIDI), PT MNC Kapital Indonesia Tbk. (BCAP), PT Multi Bintang Indonesia Tbk. (MLBI), PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk. (CNMA), PT Sariguna Primatirta Tbk. (CLEO), dan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Tbk. (ULTJ).
Delapan saham tersebut menggantikan saham-saham yang didepak dari indeks micro cap FTSE, yaitu PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk. (BEST), PT Dana Brata Luhur Tbk. (TEBE), PT IMC Pelita Logistik Tbk. (PSSI), PT Murni Sadar Tbk. (MTMH), PT Resource Alam Indonesia Tbk. (KKGI), PT Semen Baturaja Tbk. (SMBR), dan PT Uni-Charm Indonesia Tbk. (UCID).
Hasil rebalancing itu berlaku mulai 19 September dan efektif pada 22 September 2025. Perubahan konstituen indeks tersebut masih dapat direvisi oleh FTSE hingga penutupan bursa pada 5 September 2025.
Awal bulan ini, MSCI juga melakukan kocok ulang atau rebalancing Indeks yang akan berlaku efektif mulai besok, 27 Agustus 2025.
Dalam tinjauan terbaru, DSSA dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) resmi masuk ke MSCI Global Standard Index. Keduanya menggantikan posisi PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) yang bergeser ke MSCI Small Cap Index.
Untuk MSCI Small Cap Index, selain ADRO, saham yang masuk meliputi PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI), PT MNC Tourism Indonesia Tbk. (KPIG), Petrosea (PTRO), PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU), serta PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG).
Sementara itu, saham yang keluar dari MSCI Small Cap Index adalah PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) dan PT Panin Financial Tbk. (PNLF).
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan fund manager global akan mempertimbangkan pasar saham Indonesia seiring dengan rebalancing indeks.
"Secara teoritis saham-saham yang tergabung dalam MSCI dan FTSE jadi pertimbangan berarti bagi global fund manager untuk akumulasi emiten-emiten tersebut," ujarnya kepada Bisnis pada Selasa (26/8/2025).
Selama terjadi rebalancing, menurutnya semua emiten yang tergabung baik small, medium, dan large cap mencerminkan performa perusahaan yang baik.
"Jadi wajar saja kalau aliran dana asing masuk, apalagi dalam sebulan ini terjadi aliran dana asing yang masuk deras," kata Nafan.
Penggiat Pasar Modal Indonesia Reydi Octa juga menilai rebalancing MSCI dan FTSE terbaru menjadi katalis positif bagi arus modal asing.
"Masuknya DSSA dan CUAN ke MSCI Global Standard Index, DSSA juga ke FTSE Large Cap, memperkuat kepercayaan investor asing terhadap saham dengan kapitalisasi besar, likuid dan prospek kuat. Ini berpotensi memicu dana global dari dana kelolaan yang mengacu pada indeks atau pasif," kata Reydi kepada Bisnis pada Selasa (26/8/2025).
Ke depan saham-saham yang masuk ke indeks FTSE dan MSCI contohnya DSSA, CUAN, CLEO, ULTJ, PTRO, RATU berpotensi menjadi incaran asing karena peningkatan eksposur dari indeks.
Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan sentimen rebalancing memang memicu aliran dana asing dan meningkatkan visibilitas pasar. Namun, fund manager global juga akan memikirkan harga saham seperti DSSA dan CUAN yang sudah naik tinggi dalam sebulan atau tiga bulan terakhir. Alhasil, menurutnya investor asing pun tidak gegabah dalam mengakumulasi saham.
"Selain rebalancing, faktor seperti rerating dari lembaga dan sentimen domestik juga ikut mendorong inflow asing," ujar Liza.