Bisnis.com, JAKARTA – Emas masih menjadi pilihan utama investor sebagai aset lindung nilai investasi di tengah ketidakpastian pasar seperti negosiasi perdagangan AS dan China yang belum menemukan sebuah kesepakatan hingga saat ini.
Kepala Riset Komoditas Geojit Financial Services Hareesh V mengatakan, kemajuan dalam perundingan perdagangan antara dua negara ekonomi terbesar di dunia tersebut telah menghilangkan daya tarik dolar AS sebagai aset investasi aman sehigga membuat emas lebih menarik bagi investor.
“Sebagian besar investor justru mengharapkan ketidakpastian atas perundingan perdagangan AS-China, yang berakhir pekan ini, akan melemahkan dolar sehingga dapat mendukung emas untuk terus melanjutkan reli,” ujar Hareesh seperti dikutip dari Reuters, Rabu (20/2/2019).
Apalagi ditambah dengan fokus investor yang saat ini menanti rilisnya notulen pertemuan Federal Reserves pada Januari 2019 yang diprediksi dovish sehingga semakin melemahkan dolar AS. Adapun, bank sentral Negeri Paman Sam tersebut diprediksi kembali menahan untuk menaikkan suku bunganya akibat melambatnya ekonomi dalam negeri dan ekonomi global.
Oleh karena itu, para investor tampaknya perlahan tengah menjauhi dolar AS akibat kinerjanya yang buruk dan berbagai sentimen negatif terus menyerang dolar AS.
Pada perdagangan Rabu (20/2/2019) pukul 16.44 WIB, Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback dihadapan mata uang mayor lainnya bergerak negatif melemah 0,05% menjadi 96,474.
Baca Juga
Sementara itu, mengutip riset harian Asia Tradepoint Futures mengatakan, pelaku pasar kembali berlindung dibalik emas setelah tersiar kabar bahwa perang dagang antara AS dengan China cenderung kembali menegang.
“Terdapat isu baru dimana AS merasa khawatir dengan teknologi jaringan selular China yang dianggap dapat menimbulkan ancaman keamanan siber bagi negara lain,” tulis Asia Tradepoint Futurs seperti dikutip dari keterangan resminya, Rabu (20/2/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (20/2/2019) pukul 16.53 WIB, harga emas di pasar spot masih bergerak positif, menguat 0,20% menjadi US$1.343,60 per troy ounce. Secara year to date, harga emas masih bergerak naik 4,76%.
Di lain sisi, aset investasi aman lainnya, yaitu yen Jepang, telah jatuh untuk hari ketiganya akibat data perdagangan Jepang yang mengecewakan ditambah spekulasi bahwa Bank of Japan dapat mempertimbangkan banyak stimulus untuk membantu pertumbuhan ekonominya.
Selain itu, meningkatnya bursa Asia dan melonjaknya nilai tukar China, yuan, telah mengurangi minat investor untuk menyentuh yen sebagai aset investasi aman.
Ahli Strategi Valuta Asing National Australia Bank Sydney Rodrigo Catril mengataka, pasangan USD/JPY telah bergerak lebih tinggi di belakang data perdagangan yang suram.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (20/2/2019) pukul 16.54 WIB, yen terdepresiasi 0,171% atau turun 0,19 poin menjadi 110,82 yen per dolar AS.
“BOJ akan terus melonggarkan kebijakan-kebijakan moneternya akibat banyak ancaman yang akan datang, jika yen terus terdepresiasi menggagalkan prospek inflasi Jepang,” papar Rodrigo seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (20/2/2019).