Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang Mendingin, Transaksi Kripto Bitcoin Cs Diprediksi Melejit

Meredanya perang dagang antara AS dan China membawa optimisme peningkatan transaksi aset kripto di Indonesia.
Warga beraktivitas di dekat logo Bitcoin di Jakarta, Selasa (15/10/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Warga beraktivitas di dekat logo Bitcoin di Jakarta, Selasa (15/10/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Meredanya perang dagang AS dan China membawa optimisme peningkatan transaksi aset kripto di Indonesia. Peningkatan transaksi juga terjadi seiring dengan harga aset kripto seperti Bitcoin dan aset kripto lainnya yang diproyeksikan melonjak.

CEO Indodax Oscar Darmawan menilai telah terjadi penguatan harga aset kripto seperti Bitcoin dalam sebulan terakhir didorong oleh salah satu faktor, yakni meredanya ketegangan dagang antara AS dan China.

"Keputusan penurunan tarif selama 90 hari ini menjadi angin segar bagi pasar keuangan global karena menciptakan persepsi risiko yang lebih rendah di kalangan investor, termasuk investor kripto," kata Oscar kepada Bisnis pada Kamis (15/5/2025).

Dalam kesepakatan baru antara AS dan China, tarif AS terhadap barang-barang China akan turun dari 145% menjadi 30%. Sementara, tarif balasan China terhadap barang-barang AS akan berkurang dari 125% menjadi 10%.

Oscar menilai bahwa keputusan tarif AS dan China berpotensi menciptakan iklim pasar yang lebih kondusif dalam 90 hari ke depan.

"Dengan tensi geopolitik yang mereda, investor cenderung lebih percaya diri untuk masuk ke aset berisiko seperti kripto, yang pada akhirnya dapat mendorong volume perdagangan dan harga aset digital secara keseluruhan," tutur Oscar.

Harga sejumlah aset kripto sendiri telah melonjak dalam sebulan terakhir. Berdasarkan data CoinMarketCap, harga Bitcoin misalnya telah melonjak 19,82% dalam sebulan ke level US$102.590 per koin.

Kemudian, harga Ethereum melonjak 57,17% dalam sebulan terakhir ke level US$2.583 per koin. Lalu, harga XRP telah menanjak 16,93% dalam sebulan ke level US$2,51 per koin.

Momentum penguatan harga kripto bisa dimanfaatkan oleh pelaku pasar untuk memperkuat posisi, sekaligus membuka peluang bagi adopsi yang lebih luas di kalangan institusi maupun investor ritel.

Namun, dia memandang bahwa pergerakan harga kripto, khususnya Bitcoin, tidak hanya bergantung pada isu geopolitik semata. Data inflasi AS yang mulai melandai turut menjadi katalis penting.

Inflasi yang terkendali meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed akan menahan atau bahkan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat. Kondisi ini membuka ruang bagi investor untuk kembali melirik aset berisiko seperti kripto sebagai alternatif investasi yang menarik.

Selain faktor eksternal, peningkatan permintaan dari institusi keuangan global juga menjadi pendorong utama penguatan harga Bitcoin.

Saat ini, lebih dari 36% pembelian Bitcoin secara global berasal dari institusi sektor finansial, diikuti oleh sektor teknologi dan konsultan. Fenomena ini menunjukkan bahwa kripto semakin dipandang sebagai aset investasi jangka panjang, bukan sekadar spekulasi jangka pendek.

Untuk prospek ke depan, Indodax meyakini bahwa tren positif permintaan kripto akan berlanjut. Meski, volatilitas tetap menjadi karakteristik pasar kripto.

Di Indonesia, Oscar menilai potensi pertumbuhan pasar kripto masih sangat besar. Minat masyarakat Indonesia terhadap aset digital terus meningkat, didorong oleh semakin tingginya kesadaran akan pentingnya diversifikasi portofolio investasi.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga akhir Februari 2025, jumlah konsumen aset kripto di seluruh pedagang mencapai 13,31 juta konsumen. Angkanya menanjak signifikan dibanding Januari 2025 sebesar 12,92 juta konsumen.

Sementara, nilai transaksi aset kripto di Indonesia pada Februari 2025 mencapai Rp32,78 triliun. Sehingga total pada awal tahun atau Januari-Februari 2025 mencapai Rp76,85 triliun, naik positif dibanding periode yang sama 2024, Rp55,26 triliun.

Analyst Tokocrypto, Fyqieh Fachrur juga mengatakan dalam sebulan terakhir, harga Bitcoin dan sejumlah aset kripto lainnya menunjukkan penguatan yang signifikan. Salah satu faktor pendorong utamanya adalah membaiknya sentimen global, khususnya sinyal meredanya ketegangan perang dagang antara AS dan China.

"Prospek ke depan pun masih terlihat positif, terutama jika langkah deeskalasi ini berlanjut dan menciptakan kepastian pasar yang lebih luas," ujar Fyqieh.

Dari sisi internal pasar, Bitcoin juga tengah berada dalam fase pasca-halving, yakni sebuah periode yang secara historis mendorong harga naik akibat penurunan pasokan koin baru.

Secara historis, tren bullish pasca-halving berlangsung selama 12 bulan hingga 18 bulan. Dengan halving terakhir terjadi pada April 2024, maka sangat mungkin tren penguatan ini masih akan berlanjut hingga pertengahan atau akhir 2025, selama tidak terjadi gejolak besar di pasar global.

Dalam jangka panjang hingga akhir 2025, sejumlah analis memperkirakan Bitcoin bisa mencapai level US$120.000 hingga US$150.000 pada puncak siklus ini.

"Namun tentu saja, pasar kripto sangat volatil. Oleh karena itu, investor tetap perlu bijak dan mengedepankan manajemen risiko dalam setiap keputusan investasi," kata Fyqieh.

CEO Triv Gabriel Rey menilai prospek aset kripto tahun ini sangat bagus, didorong oleh sejumlah faktor, seperti potensi penurunan suku bunga. Triv memproyeksikan harga Bitcoin bisa mencapai US$120.000 sampai US$135.000 per koin pada tahun ini.

"Jadi secara jangka panjang, tidak ada isu fundamental. Likuiditas naik, dan diikuti kenaikan aset-aset seperti kripto dan saham," kata Gabriel.

Pengamat kripto dan trader Desmond Wira mengatakan pergerakan harga aset kripto sementara ini masih diwarnai sentimen bullish, terutama karena meredanya perang dagang.

Kemudian, sentimen bullish diproyeksikan masih berlanjut seiring data ekonomi AS yang cenderung baik. Data inflasi AS terakhir misalnya di level 2,3% lebih baik dari ekspektasi 2,4%. Hal ini akan mendorong The Fed untuk lebih bersikap dovish dan memberi sentimen positif untuk harga aset termasuk kripto dalam jangka pendek.

Seiring dengan kondusifitas pasar kripto, menurutnya transaksi aset kripto di Indonesia pun masih diproyeksikan terus meningkat.

"Dengan meningkatnya harga kripto dan sentimen bullish yang beredar kemungkinan transaksi kripto berpeluang mengalami peningkatan," kata Desmond.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ibad Durrohman
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper