Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak mentah melemah untuk sesi ketiga berturut-turut, seiring dengan memudarnya harapan tercapainya kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa. Kondisi ini memperkuat kekhawatiran akan perlambatan ekonomi di pasar minyak terbesar dunia.
Melansir Reuters pada Rabu (23/7/2025), harga minyak jenis Brent untuk kontrak berjangka turun 82 sen atau 1,2% ke level US$68,39 per barel. Sementara itu, kontrak West Texas Intermediate (WTI) AS pengiriman Agustus—yang akan jatuh tempo pada Selasa—terperosok US$1,05 atau 1,6% menjadi US$66,15 per barel.
Kontrak WTI yang lebih aktif untuk pengiriman September tercatat turun 87 sen atau 1,3% ke level US$65,08 per barel.
Sejumlah diplomat Uni Eropa mengatakan bahwa blok tersebut tengah menjajaki serangkaian langkah balasan terhadap AS, menyusul makin suramnya peluang tercapainya kesepakatan dagang yang dapat diterima dengan Washington.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya menetapkan tenggat waktu hingga 1 Agustus bagi negara-negara mitra untuk mencapai kesepakatan dagang, atau bersiap menghadapi tarif tinggi. Trump bahkan mengancam akan mengenakan tarif hingga 30% terhadap produk impor asal Uni Eropa jika tidak tercapai kesepakatan.
“Faktor tarif tampaknya kini menjadi perhatian utama menjelang tenggat yang ditetapkan AS,” tulis analis dari perusahaan penasihat energi Ritterbusch and Associates dalam sebuah catatan.
Baca Juga
Peluang tercapainya kesepakatan dagang sementara antara AS dan India sebelum tenggat tersebut juga dinilai kian tipis, menurut dua sumber di pemerintahan India yang dikutip Reuters.
Di sisi lain, penurunan harga terbesar terjadi pada produk diesel, yang mencerminkan kekhawatiran terhadap prospek ekonomi global. Bahan bakar industri ini digunakan secara luas di sektor manufaktur, konstruksi, dan transportasi berat, serta sempat menjadi komoditas dengan kinerja terbaik di pasar minyak dalam beberapa pekan terakhir karena ketatnya pasokan global.
Kontrak berjangka diesel sulfur ultra-rendah AS tercatat anjlok hampir 3% ke level US$102,50 per barel pada Selasa.
Meski demikian, Ritterbusch and Associates memperkirakan penurunan harga minyak mentah berpotensi terbatas apabila AS memutuskan untuk menunda atau melunakkan kebijakan tarif yang telah diancamkan.
Sementara itu, jajak pendapat Reuters terhadap para analis memperkirakan bahwa persediaan minyak mentah AS kemungkinan turun sekitar 600.000 barel dalam sepekan yang berakhir 18 Juli 2025.