Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah analis menilai, koreksi yang terjadi pada sektor kesehatan/IDXHealth, memiliki korelasi yang kuat dengan perjanjian dagang AS–Indonesia untuk mengimpor alat kesehatan dari negeri Paman Sam.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), sektor kesehatan menjadi sektor yang terkoreksi paling dalam pada perdagangan pekan lalu, periode 21–25 Juli 2025. Koreksi tersebut terjadi di saat indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat ke level 7.543.
Pengamat Pasar Modal Panin Sekuritas Reydi Octa menerangkan, upaya pemerintah untuk mengimpor alat kesehatan dari AS, sebagai bentuk perjanjian dagang, berpotensi menekan margin produsen serta distributor lokal.
“Penurunan pada sektor kesehatan pasti ada korelasinya dengan rencana impor alat kesehatan dari AS. Sentimen negatif muncul karena investor khawatir produk lokal alat kesehatan akan tidak bisa bersaing dengan barang impor dari segi teknologi dan juga harga,” katanya saat dihubungi, Senin (28/7/2025).
Meskipun begitu, Reydi menilai, kebijakan ini hanya menimbulkan dampak negatif yang parsial terhadap sejumlah industri di dalam sektor kesehatan. Terhadap industri rumah sakit misalnya, Reydi menilai bahwa kebijakan ini mampu menjadi angin segar.
Pasalnya, kehadiran sejumlah alat kesehatan baru dari AS mampu memberikan pilihan lain bagi emiten rumah sakit dalam rangka penyediaan alat kesehatan. Selain itu, ada potensi industri rumah sakit mampu meningkatkan kualitas alat kesehatan ke depannya.
Baca Juga
Dengan begitu, Reydi menilai, sektor kesehatan tidak akan tertekan sepanjang tahun 2025, meskipun kebijakan ini dijalankan. Namun, Reydi memberikan catatan mengenai intervensi pemerintah untuk memastikan persaingan antara produsen lokal dan alat kesehatan impor setara.
“Walau terdapat tekanan untuk importir dan distributor alat kesehatan, tetapi investor tetap menanti keberpihakan kebijakan pemerintah,” tutupnya.
Senada, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji menilai, di tengah perjanjian dagang AS–Indonesia, katalis positif kinerja sektor kesehatan bertaruh pada kinerja pertumbuhan ekonomi nasional.
Nafan menilai, sektor kesehatan akan selalu bertumbuh ke depannya, mengingat kebutuhan akan fasilitas kesehatan yang memadai di Indonesia masih marak. Menurutnya, kinerja sektor ini akan sangat dipengaruhi dengan stabilitas ekonomi nasional.
Terlebih lagi, tren penguatan rupiah juga membuat sektor ini semakin prospektif ke depannya. Hal itu mengingat banyaknya impor obat-obatan yang masih dilakukan perusahaan-perusahaan kesehatan dalam negeri.
“Untuk sektor kesehatan, selama kinerja pertumbuhan ekonomi, selama terwujud stabilitas pertumbuhan ekonomi kita, ya semestinya sektor kesehatan masih prospektif,” katanya ketika dihubungi, Senin (28/7/2025).
Di tengah bayang-bayang saat ini, Nafan merekomendasikan saham PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL) dengan target harga Rp1.770 per lembar. Target tersebut mencerminkan kenaikan sebesar 14,93% dari harga saat ini Rp1.540 per lembar.
Sementara itu, Panin Sekuritas merekomendasikan saham PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA), PT Siloam International Hospitals Tbk. (SILO), dan HEAL.
“Untuk emiten sektor farmasi atau alat kesehatan seperti KAEF, IRRA, PYFA dan PRDA juga dapat dijadikan watchlist,” tambahnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.