Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan pialang asal Singapura Doo Financial resmi memperluas ekspansi bisnisnya ke Indonesia melalui PT Doo Financial Futures.
Presiden Direktur Doo Financial Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa langkah ekspansi tersebut merupakan bagian dari komitmen jangka panjang perusahaan untuk memperluas akses investasi global bagi investor Indonesia.
Seiring hal tersebut, Doo Grup yang memiliki 21 kantor di berbagai negara, menargetkan masuk dalam 10 besar pialang di Indonesia dengan target volume transaksi awal mencapai 30.000 lot dan penambahan sekitar 200 nasabah per bulan.
Berbeda dengan pendekatan investasi konvensional, Doo akan mengedepankan aktivitas trading yang dinilai lebih adaptif terhadap volatilitas pasar. Menurutnya, dinamika harga justru menjadi peluang untuk mengambil posisi jual ataupun beli.
“Naik atau turun harga tidak menjadi hambatan. Justru menjadi peluang bagi nasabah untuk mengambil posisi sesuai arah pasar,” ucap Ariston, Kamis (10/4/2025).
Untuk memperkuat pemahaman masyarakat terhadap produk derivatif dan manajemen risiko, perusahaan bakal menyiapkan tim edukasi khusus yang akan menjalankan program sosialisasi dan pelatihan terkait produk derivatif, risiko transaksi, hingga penggunaan dana dingin dalam trading.
Doo juga memperkenalkan aplikasi one-stop trading yang memungkinkan nasabah mengakses berbagai instrumen keuangan, seperti valuta asing (forex), saham global, hingga kontrak berjangka (futures) dari bursa internasional seperti CME AS.
“Semua produk tersedia dalam satu aplikasi, dengan fitur deposit dan withdrawal langsung. Tujuannya memberikan kemudahan dan efisiensi transaksi,” ucap Ariston.
Dengan dukungan teknologi global serta permodalan kuat dari induk usaha, Doo Financial mengaku yakin dapat bersaing di pasar derivatif lokal yang dinilai masih memiliki potensi besar terutama dari segmen ritel.
Selain instrumen lokal, Doo Financial juga membuka akses bagi investor domestik untuk bertransaksi saham Amerika Serikat (AS) serta kontrak berjangka global. Pasalnya, Ariston memandang minat terhadap saham-saham global diklaim terus meningkat seiring dengan perkembangan layanan investasi digital.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.