Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Melemah, Perundingan Damai Rusia-Ukraina Redam Ketegangan Timur Tengah

Harga minyak mentah melemah setelah Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin membahas langkah-langkah untuk mengakhiri perang di Ukraina.
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah melemah pada perdagangan Selasa (18/3/2025) setelah Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin membahas langkah-langkah untuk mengakhiri perang di Ukraina. Kesepakatan ini dapat membuka peluang pelonggaran sanksi terhadap ekspor bahan bakar Rusia.

Putin menyetujui usulan Trump agar Rusia dan Ukraina menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi satu sama lain selama 30 hari.

Melansir Reuters, Rabu (19/3/2025), harga minyak Brent ditutup melemah 51 sen atau 0,7% poin ke level US$70,56 per barel, sementara minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) turun 68 sen atau 1% ke US$66,90 per barel.

Meskipun terdapat potensi peningkatan pasokan minyak dari Rusia, para analis memperkirakan bahwa pemulihan ekspor energi negara itu akan memakan waktu cukup lama.

Berdasarkan data Badan Informasi Energi AS (EIA), produksi minyak Rusia mencapai 9,2 juta barel per hari (bph) pada 2024, lebih rendah dibandingkan puncaknya di 9,8 juta bph pada 2022 dan rekor 10,6 juta bph pada 2016.

Selain faktor pasokan dari Rusia, kekhawatiran ekonomi akibat kebijakan tarif perdagangan AS turut menekan harga minyak.

The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) memperingatkan bahwa kebijakan tarif AS akan memperlambat pertumbuhan ekonomi di AS, Kanada, dan Meksiko serta menekan permintaan energi global.

Di AS, pembangunan rumah keluarga tunggal melonjak pada Februari karena cuaca yang lebih hangat. Namun, kenaikan biaya konstruksi akibat tarif dan keterbatasan tenaga kerja dikhawatirkan akan menghambat pemulihan sektor ini.

Direktur Energi Berjangka Mizuho Bob Yawger mengatakan ancaman resesi semakin nyata dan tarif perdagangan kini menjadi risiko utama bagi ekonomi.

"Sejumlah tarif baru akan mulai berlaku pada 2 April, memperburuk ketidakpastian pasar," jelasnya seperti dikutip Reuters.

Firma riset energi Wood Mackenzie memperkirakan harga rata-rata minyak Brent pada 2025 berada di angka US$73 per barel, turun US$7 dari proyeksi 2024, seiring dampak kebijakan tarif AS dan rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi.

Awal bulan ini, OPEC+, aliansi antara OPEC dan negara-negara sekutunya termasuk Rusia, memutuskan untuk tetap melanjutkan rencana peningkatan produksi minyak pada April.

Ketegangan di Timur Tengah

Sebelumnya, harga minyak sempat mencapai level tertinggi dalam dua minggu di tengah kekhawatiran akan gangguan pasokan akibat ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Di Yaman, Trump berjanji akan melanjutkan serangan terhadap kelompok Houthi yang didukung Iran hingga mereka menghentikan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah.

Trump juga memperingatkan bahwa Iran akan bertanggung jawab atas setiap serangan Houthi. Jika konflik meningkat, baik melalui aksi militer AS terhadap Iran atau serangan Houthi terhadap produsen minyak di kawasan Arab, pasokan minyak global bisa terganggu.

Iran, anggota OPEC, memproduksi sekitar 3,3 juta bph pada 2024, menurut data EIA. Meski berada di bawah sanksi internasional, analis J.P. Morgan mencatat bahwa ekspor minyak Iran tetap stabil di sekitar 1,7 juta bph, melampaui level 2023 dan 2024.

Sementara itu, ketegangan meningkat di Gaza setelah serangan udara Israel menewaskan lebih dari 400 orang, menurut otoritas kesehatan Palestina. Serangan ini terjadi setelah negosiasi gencatan senjata yang telah berlangsung sejak Januari menemui jalan buntu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper