Bisnis.com, JAKARTA — PT Astra International Tbk. (ASII) segera menyampaikan laporan keuangan 2024 yang diaudit menyusul rilis serupa oleh entitas anak usaha perseroan.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, tiga anak usaha ASII sudah menyampaikan laporan keuangan 2024. Mereka ialah PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI), PT Astra Otoparts Tbk. (AUTO), dan PT Astra Grafika Tbk. (ASGR).
AALI mengantongi pendapatan bersih sebesar Rp21,81 triliun sepanjang tahun lalu. Pendapatan ini naik 5,16% dibandingkan dengan 2023 sebesar Rp20,74 triliun.
Pendapatan ini disumbang oleh pendapatan minyak sawit mentah dan turunannya sebesar Rp20,18 triliun, pendapatan inti sawit dan turunannya sebesar Rp1,62 triliun, dan pendapatan lainnya sebesar Rp11,36 miliar.
Di sisi lain, laba yang yang dapat diatribusikan kepada entitas induk AALI ikut naik 8,68% menjadi Rp1,14 triliun pada 2024. Laba bersih ini naik dari Rp1,05 triliun pada 2023.
Senada, laba bersih AUTO naik 10,38% secara year-on-year (YoY) menjadi Rp2,03 triliun, dibandingkan periode 12 bulan tahun 2023 sebesar Rp1,84 triliun.
Di lain sisi, pendapatan AUTO terpantau naik tipis 2,28% menjadi Rp19,07 triliun, dibandingkan periode sama 2023 sebesar Rp18,64 triliun.
Laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk ASGR juga melonjak 45% secara year-on-year (YoY) menjadi Rp204,6 miliar sepanjang 2024, dibandingkan periode yang sama 2023 sebesar Rp141 miliar.
Meski begitu, pendapatan bersih ASGR tercatat turun 5,4% YoY dari Rp2,96 triliun sepanjang 2023 menjadi Rp2,81 triliun sepanjang 2024. Secara terperinci, pendapatan bersih ASGR ditopang dari jasa dan sewa sebesar Rp1,63 triliun, lalu dari penjualan barang sebesar Rp779,6 miliar, dan pendapatan proyek sebesar Rp398,9 miliar.
Estimasi Konsensus Analis
Laba bersih anak usaha ASII yang tumbuh pada 2024 membuka harapan kenaikan laba di level induk usaha. Kisi-kisi kinerja ASII dapat tecermin dari estimasi dari konsensus 33 analis yang mengulas ASII yang dihimpun oleh Bloomberg. ASII diperkirakan akan merilis laporan keuangan 2024 pada Kamis (27/2/2025).
Berdasarkan konsensus analis Bloomberg, ASII diperkirakan mengantongi pendapatan Rp319,27 triliun sepanjang 2024. Estimasi itu naik tipis 0,85% dari realisasi pendapatan pada 2023 sebesar Rp316,56 triliun.
Meski begitu, laba bersih yang disesuaikan (net profit adjusted) ASII diestimasi konsensus analis Bloomberg menurun dari Rp33,83 triliun pada 2023 menjadi Rp32,18 triliun.
Estimasi itu sejalan dengan perkiraan bahwa ASII akan membukukan penurunan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) dari Rp59,55 triliun pada 2023 menjadi Rp55,98 triliun.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christopher Rusli dalam risetnya menilai emiten terkait otomotif seperti ASII memang masih diselimuti sederet sentimen negatif. Salah satu sentimen negatif yang menyertai adalah kekhawatiran daya beli lemah akibat kenaikan tarif PPN menjadi 12%.
"Kenaikan PPN menjadi 12% pada 2025 diperkirakan akan menekan penjualan mobil secara signifikan," tulis Christopher dalam risetnya pada beberapa waktu lalu.
Konsumen kelas menengah ke bawah, yang sudah terbebani oleh pajak yang lebih tinggi kemungkinan akan menunda pembelian dan mengadopsi kebiasaan belanja yang lebih hati-hati.
Meski begitu, Mirae Asset Sekuritas masih mempertahankan peringkat overweight untuk sektor otomotif dengan ASII sebagai pilihan utama. Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan buy untuk ASII dengan target harga saham Rp6.200 per saham.
"Kami mempertahankan peringkat overweight untuk sektor otomotif karena kami mengantisipasi pemulihan penjualan pada 2025," tulis Christopher pada beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer juga menilai prospek saham dan kinerja emiten otomotif pada 2025 menghadapi tantangan dari kebijakan perpajakan yang diperkirakan menekan daya beli masyarakat terhadap kendaraan konvensional.
Selain kebijakan pajak, beberapa sentimen lain akan memengaruhi kinerja emiten otomotif adalah pertumbuhan ekonomi domestik yang berdampak pada daya beli masyarakat, perubahan harga komoditas seperti baja dan nikel yang memengaruhi biaya produksi.
"Selain itu, tren elektrifikasi dan inisiatif ESG [environment, social, governance] memberikan peluang bagi emiten yang beradaptasi dengan baik, terutama di pasar kendaraan listrik," ujar Miftah kepada Bisnis.
Berdasarkan konsensus analis, sebanyak 26 memberikan peringkat beli untuk saham ASII, 6 analis hold, dan 1 analis menyarankan jual. Terbaru, analis BRI Danareksa Sekuritas Richard Jerry merekomendasikan beli dengan target harga Rp5.900.
Sementara itu, analis Macquarie Ariyanto Jahja menyematkan peringkat outperform dengan target harga Rp5.750 untuk ASII. Selanjutnya, rekomendasi beli diberikan oleh analis Verdhana Sekuritas dan HSBC dengan target harga ASII berturut-turut sebesar Rp6.000 dan Rp6.500 per saham.
Dari sisi emiten, Head of Corporate Communications Astra Boy Kelana Soebroto mengatakan di tengah tantangan yang dihadapi pasar mobil nasional, pangsa pasar mobil Astra pada Januari 2025 masih bertahan di angka 56%.
“Hal ini mencerminkan kepercayaan yang diberikan pelanggan kepada Astra," kata Boy Kelana Soebroto pada Jumat (21/2/2025).
Dia menjelaskan Astra senantiasa menjaga kepercayaan pelanggan dengan menyediakan layanan terbaik yang komprehensif dan bernilai tambah. Tujuannya adalah untuk menciptakan pengalaman yang lebih baik lagi bagi pelanggan serta berkontribusi positif bagi industri otomotif Tanah Air.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.