Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sempat Diwarnai Aksi Jual, Harga Minyak Perlahan Kembali Memanas

Pada Kamis (5/9/2024) harga minyak mentah berjangka Brent dan West Texas Intermediate (WTI) AS terpantau menguat.
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia terpantau menguat setelah sempat diwarnai aksi jual pada sesi perdagangan sebelumnya karena para pelaku pasar bergulat dengan lemahnya permintaan di samping kemungkinan penundaan pasokan lebih banyak yang memasuki pasar bulan depan.

Mengutip Reuters pada Kamis (5/9/2024), harga minyak mentah berjangka Brent untuk bulan November naik 9 sen, atau 0,12%, menjadi US$72,79 per barel setelah turun 1,42% di sesi sebelumnya.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk bulan Oktober naik 12 sen, atau 0,17%, menjadi US$69,32 setelah turun 1,62% pada hari Rabu.

Adapun, kedua harga minyak acuan tersebut ditutup US$1 lebih rendah pada penutupan perdagangan Rabu kemarin.

Harga minyak dipengaruhi oleh OPEC+ yang sedang mendiskusikan penundaan peningkatan produksi minyaknya. Kenaikan produksi tersebut dijadwalkan dimulai pada Oktober mendatang setelah harga minyak merosot ke level terendah sembilan bulan pada 3 September, empat sumber dari kelompok produsen mengatakan kepada Reuters pada hari Rabu.

Pekan lalu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia (OPEC+) akan melanjutkan kenaikan produksi sebesar 180.000 barel per hari pada bulan Oktober, bagian dari rencana untuk secara bertahap mengurangi pengurangan terbaru sebesar 2,2 juta barel per hari. .

Namun, berakhirnya perselisihan yang menghentikan ekspor Libya dan melemahnya permintaan China yang memicu pelemahan ke titik terendah dalam beberapa bulan mendorong kelompok tersebut untuk mempertimbangkan kembali.

"Laporan (OPEC+) membawa sedikit kelegaan bagi pasar pada awal perdagangan," kata analis ANZ dalam sebuah catatan.

Namun, kekhawatiran permintaan menyusul berita bahwa aktivitas pabrik di China mengalami kontraksi selama empat bulan berturut-turut pada bulan Agustus menambah tekanan, ANZ menambahkan.

Data yang dipublikasikan pada akhir pekan oleh pemerintah China mengungkapkan aktivitas manufaktur di negara tersebut merosot ke level terendah dalam enam bulan pada bulan lalu karena harga pabrik anjlok dan pemilik kesulitan mendapatkan pesanan. Sebagai informasi, China merupakan negara importir minyak mentah terbesar di dunia.

Sementara itu, persediaan minyak mentah dan bahan bakar AS turun minggu lalu, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute pada hari Rabu.

Angka-angka API menunjukkan stok minyak mentah turun 7,431 juta barel dalam pekan yang berakhir 30 Agustus, kata sumber tersebut, yang berbicara tanpa menyebut nama, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan penurunan satu juta barel.

Pasar menunggu data mingguan stok minyak AS dari Energy Information Administration (EIA), yang akan dirilis pada hari Kamis waktu setempat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper