Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Melemah, Pasar Soroti Pertemuan Trump–Zelensky usai Bertemu Putin

Harga minyak turun karena pasar fokus pada pertemuan Trump-Zelensky di Washington setelah KTT Trump-Putin.
Kapal tanker minyak mentah berbendera Rusia milik Rosneft, Akademik Gubkin, saat transit di Selat Bosphorus di Istanbul, Turki, 28 November 2024./REUTERS-Yoruk Isik
Kapal tanker minyak mentah berbendera Rusia milik Rosneft, Akademik Gubkin, saat transit di Selat Bosphorus di Istanbul, Turki, 28 November 2024./REUTERS-Yoruk Isik
Ringkasan Berita
  • Harga minyak dunia melemah akibat fokus pasar beralih ke pertemuan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden AS Donald Trump setelah KTT Trump-Putin di Alaska.
  • Trump mendesak Zelensky untuk mencapai kesepakatan damai dengan Rusia, termasuk kemungkinan penyerahan wilayah, sementara ketidakpastian perdamaian Ukraina menambah tekanan pada pasar energi.
  • Harga minyak mentah Brent dan WTI masing-masing turun 0,5%, dengan kekhawatiran pasar terhadap kebijakan perdagangan Trump dan potensi surplus pasokan energi di masa depan.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia kembali tergelincir seiring pergeseran fokus pelaku pasar ke pertemuan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dengan Presiden AS Donald Trump di Washington, Senin (18/8/2025).

Pertemuan ini berlangsung setelah KTT Trump–Putin di Alaska, dengan tekanan kuat dari Washington agar Ukraina menyepakati perdamaian yang mencakup penyerahan sebagian wilayah ke Rusia.

Melansir Bloomberg, harga minyak mentah Brent kontrak Oktober melemah 0,5% menjadi US$65,52 per barel pada pukul 06.04 pagi waktu Singapura.

Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) kontrak September turun 0,5% ke posisi US$62,51 per barel.

Untuk menunjukkan dukungan, sejumlah pemimpin Eropa mulai dari Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Presiden Prancis Emmanuel Macron, hingga Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte dijadwalkan hadir dalam pertemuan tingkat tinggi tersebut.

Usai bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin pekan lalu, Trump menyatakan akan mendesak Zelensky segera mencapai kesepakatan damai, bahkan memberi isyarat terbuka terhadap tuntutan Moskow agar Kyiv menyerahkan wilayah luas.

Sebelum KTT itu, Trump menekankan bahwa gencatan senjata menjadi syarat mutlak, sembari mengancam meninggalkan meja perundingan serta menjatuhkan sanksi berat pada Rusia dan negara-negara pembeli minyaknya bila syarat tersebut tak dipenuhi.

Namun pada Jumat lalu, Trump justru menyiratkan tidak terburu-buru menerapkan hukuman tambahan.

India menjadi sorotan utama karena terus membeli minyak Rusia, dan telah dikenakan tarif tinggi oleh Washington. Sebaliknya, Trump menahan diri menaikkan bea impor barang dari China, meski Negeri Tirai Bambu juga tercatat sebagai pembeli utama minyak Rusia.

Dalam wawancara dengan Sean Hannity dari Fox News, Trump ditanya apakah dirinya mempertimbangkan tindakan serupa terhadap Beijing setelah pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska gagal menghasilkan kesepakatan untuk menghentikan atau menangguhkan perang di Ukraina.

“Karena apa yang terjadi hari ini, saya rasa saya belum perlu memikirkannya sekarang. Mungkin dalam dua atau tiga pekan ke depan, saya akan mempertimbangkannya, tetapi untuk saat ini belum. Saya pikir pertemuan tadi berjalan sangat baik,” ujar Trump seusai KTT dengan Putin dikutip dari Reuters, Senin (18/8/2025).

Ketidakpastian seputar prospek perdamaian Ukraina menambah tekanan pada pasar energi, membuat pergerakan harga minyak terbatas. Secara akumulatif, harga berjangka anjlok lebih dari 10% sepanjang tahun ini akibat kekhawatiran terhadap kebijakan perdagangan Trump dan langkah OPEC+ yang kembali melepas pasokan ke pasar.

Badan Energi Internasional (IEA) pekan lalu memperingatkan potensi surplus pasokan terbesar dalam sejarah pada 2026, didorong meningkatnya produksi dan lemahnya permintaan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro