Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Senasib, Rupiah dan Mata Uang di Asia Ditutup Melemah

Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.495 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (27/8/2024).
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.495 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (27/8/2024).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup pada perdagangan dengan turun 0,37% atau 56,5 poin ke posisi Rp15.495 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terpantau menguat 0,05% ke posisi 100,790.

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak melemah terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,27%, won Korea melemah 0,37%, yuan China melemah 0,11%, dan baht Thailand melemah 0,25%.

Selanjutnya, dolar Singapura melemah sebesar 0,08%, rupee India melemah 0,05%, ringgit Malaysia yang melemah 0,09%, dolar Hong Kong melemah 0,05%, dolar Taiwan melemah 0,35%, dan peso Filipina juga melemah 0,46%.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa pada perdagangan sore ini (27/8) mata uang rupiah ditutup melemah 56,5 point walaupun sebelumnya sempat melemah 85 point dilevel Rp15.495 dari penutupan sebelumnya di level Rp15.438,5.

Dia mengatakan untuk perdagangan besok (28/8), diprediksi mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp15.420 - Rp15.520.

Ibrahim mengatakan bahwa Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun depan bakal berkisar 4,7%-5,5%.

Angka ini tidak beranjak jauh dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan kedua 2024 yakni sebesar 5,05% secara tahunan (yoy).

Menurutnya, guna untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi ini, pemerintah perlu meningkatkan konsumsi rumah tangga. Hal ini disebabkan telah berakhirnya faktor musiman, seperti hari besar keagamaan nasional (HBKN) dan dampak pelaksanaan Pemilu pada semester pertama 2024.

Selain itu, Proyek Strategis Nasional (PSN) dapat meningkatkan investasi, khususnya investasi swasta. Kenaikan stimulus fiskal dari 2,3% menjadi 2,7% dari PDB diharapkan juga dapat secara efektif memberikan dampak pengganda terhadap perekonomian.

Dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini ditopang kuatnya permintaan domestik dan meningkatnya kinerja ekspor. Lalu, dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga sebagai kontributor utama tumbuh sebesar 4,93% (yoy) didorong periode libur hari besar keagamaan dan libur sekolah yang lebih panjang.

Kemudian, pemerintah juga berusaha menjaga daya beli masyarakat dengan mengendalikan inflasi, menaikkan gaji aparatur sipil negara (ASN), memberikan gaji ke-13 dengan tunjangan kinerja 100%, serta menciptakan lapangan kerja baru yang lebih besar di awal tahun 2024 sebesar 3,55 juta.

Sementara, konsumsi pemerintah tumbuh positif sebesar 1,42% terutama didukung oleh penyerapan belanja modal dan belanja barang, masing-masing sebesar 39,5% dan 6,1%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper