Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat rekor harga tertinggi sepanjang masa (all time high) di level 7.436,03 pada perdagangan Kamis (14/8/2024), ditopang penguatan saham big caps BREN, BBRI hingga AMMN.
Tercatat, 333 saham menguat, 241 saham melemah, dan 220 saham bergerak di tempat. Kapitalisasi pasar terpantau pada posisi Rp12.636 triliun, yang merupakan kapitalisasi pasar tertinggi BEI selama ini.
Mengutip data Bloomberg, beberapa saham kelas kakap kembali menjadi penopang atau movers untuk capaian indeks komposit hari ini.
Misalkan, BREN mencatatkan kenaikan 15,18 poin atau 4,76% dengan harga saat ini Rp8.800 per lembar. Selanjutnya, BBRI mencatatkan kenaikan 14,43 poin atau 2,12% dengan harga per lembar Rp4.820.
Penopang indeks juga berasal dari AMMN dengan kenaikan 6,8 poin atau 2,21% dengan harga berada di level Rp10.425 per lembar. Selain itu, BMRI menguat 6,68 poin atau naik 1,07% dengan harga saham Rp7.075 per lembar.
ASII dan MSIN masing-masing mencatatkan penguatan 2,73% ke level harga Rp4.890 per lembar dan 25% ke level harga Rp5.150 per lembar.
Baca Juga
Sementara itu, berdasarkan nilai transaksinya, saham BBRI menjadi saham dengan nilai transaksi terbesar hari ini senilai Rp1,3 triliun. Saham BBRI naik 2,12% ke level Rp4.820 per saham.
Setelah itu, saham BMRI dan BBNI menyusul di belakang, dengan nilai transaksi masing-masing Rp690 miliar dan Rp492 miliar. Saham BMRI naik 1,07% ke level Rp7.075 dan saham BBNI naik 1,93% ke level Rp5.275 per saham.
Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas mengatakan indeks IHSG dan bursa regional Asia cenderung bergerak menguat mengikuti tren positif di bursa AS karena data inflasi produsen AS yang lebih rendah dari perkiraan. Hal tersebut juga mendukung spekulasi pemangkasan suku bunga The Fed.
Hal ini terjadi setelah rilis indeks produsen menunjukkan kenaikan 0,1% pada bulan Juli dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 0,2%.
"Pelaku pasar merespons rilis data tersebut yang mengindikasikan pertumbuhan produsen AS mengalami perlambatan, sehingga ini akan menjadi pertimbangan The Fed dalam kebijakan moneternya, memberikan peluang semakin terbuka untuk pemangkasan suku bunga acuannya," tulis Tim Riset Pilarmas Sekuritas, Rabu (14/8/2024).
Hal ini mendorong spekulasi pelaku pasar akan pemangkasan suku bunga oleh The Fed.
Namun, di sisi lain, pasar juga mempertimbangkan dan menanti rilis data indeks harga konsumen bulan Juli. Data ini juga akan menjadi pertimbangan The Fed terkait dengan kebijakan moneter ke depannya.
Sementara itu, pasar juga cenderung bersikap hati-hati menjelang rilis data bulan Juli terkait penjualan ritel dan produksi industri China. Data ini dinantikan oleh pasar karena akan memberikan pandangan tentang upaya pemulihan yang berarti dilakukan oleh pemerintah China dalam memperbaiki ekonomi dalam negerinya.