Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Prajogo Pangestu (TPIA) Rugi Ratusan Miliar Gegara Produk Impor

Emiten Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), mencatatkan pembengkakan rugi menjadi US$47,46 juta atau setara Rp778,12 miliar di semester I/2024.
Pekerja beraktivitas pada proyek pengaspalan berbahan campuran plastik yang diproduksi PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. di kawasan BSD City, Tangerang, Banten, Kamis (21/7/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja beraktivitas pada proyek pengaspalan berbahan campuran plastik yang diproduksi PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. di kawasan BSD City, Tangerang, Banten, Kamis (21/7/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten Prajogo Pangestu yang bergerak di sektor petrokimia PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) mencatatkan pembengkakan rugi menjadi US$47,46 juta atau setara Rp778,12 miliar pada semester I/2024. Kerugian yang membengkak disebabkan oleh persaingan dengan produk impor.

Mengacu laporan keuangan, TPIA mencatatkan pembengkakan rugi bersih sebesar 7.999,65% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$568.000. Rugi yang bengkak sejalan dengan pendapatan TPIA yang anjlok menjadi sebesar US$866,49 juta atau setara Rp14,20 triliun sepanjang semester I/2024.

Direktur Sumber Daya Manusia dan Urusan Korporat Suryandi mengatakan pembengkakan rugi perseroan dipengaruhi oleh margin produk yang turun. "Kalau bicara margin, artinya kan industri tersebut tergantung lagi supply and demand," katanya setelah acara Bisnis Indonesia Forum (BIF), Jumat (9/8/2024).

Turunnya margin produk TPIA juga dipengaruhi oleh besarnya impor produk petrokimia, terutama dari China. Alhasil, produksi TPIA tidak bisa penuh karena pasar sudah dijejali impor.

"Produk impor di pasar banyak. Harganya dumping, miring, dari China masuk," ujar Suryandi.

Sebelumnya, Ketua Asosiasi Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono mengatakan suplai bahan baku dan barang jadi plastik saat ini memang didominasi oleh produk impor dari Negeri Tirai Bambu.

“China sangat agresif dalam membangun fasilitas produksi petrokimia sebagai bahan baku plastik selama pandemi Covid-19. Namun, permintaan dari pasar domestik tidak cukup tinggi untuk menyerap produksi tersebut, sehingga kelebihan pasokan tidak dapat dihindari,” paparnya.

China juga sedang mengalami kesulitan dalam mengekspor produk bahan baku atau barang jadi plastik ke pasar utama seperti Amerika Serikat karena sanksi perang dagang. Akibatnya, China mengalihkan ekspornya ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

“Bahan baku dan barang jadi plastik asal China mudah masuk karena para eksportir di sana mendapat insentif dari pemerintah setempat,” ungkap Fajar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper