Bisnis.com, JAKARTA — Danantara Indonesia kian agresif memperluas langkah investasi menyusul keterlibatannya dalam dua proyek milik PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO).
Pada proyek Chandra Asri, Danantara bersama Indonesia Investment Authority (INA) akan terlibat dalam proyek pabrik Chlor Alkali–Ethylene Dichloride (CA-EDC) yang memiliki nilai investasi US$800 juta atau sekitar Rp13 triliun.
Fasilitas tersebut akan memperkuat kapasitas produksi soda kostik dan ethylene dichloride, bahan baku vital industri nikel, alumina, dan air bersih.
Chief Investment Officer (CIO) Danantara Pandu Sjahrir menyampaikan bahwa rencana investasi yang dilakukan bakal memperkuat ketahanan industri nasional dengan mengurangi ketergantungan impor.
“Dengan kolaborasi ini, kami membangun fondasi industri yang lebih tangguh dan berkelanjutan,” ujarnya dalam keterangan resmi beberapa waktu lalu.
Pabrik yang dijalankan PT Chandra Asri Alkali itu akan dibangun dalam dua fase. Tahap awal mencakup kapasitas 400.000 ton soda kostik padat atau setara 827.000 ton cair dan 500.000 ton EDC per tahun. Adapun EDC juga disiapkan untuk ekspor dengan potensi devisa Rp5 triliun per tahun.
Selain proyek kimia dasar, Danantara kini memfasilitasi sinergi PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) dalam pengembangan energi panas bumi berkapasitas total 1.130 MW dengan potensi investasi US$5,4 miliar.
Kesepakatan yang difasilitasi PT Danantara Asset Management (Persero), holding operasional Danantara Indonesia, mencakup proyek Ulubelu Bottoming Unit di Lampung dan Lahendong Bottoming Unit di Sulawesi Utara, termasuk studi kelayakan teknis dan percepatan implementasi.
CEO Danantara Indonesia Rosan Roeslani menyebut bahwa langkah tersebut sebagai bagian dari transisi menuju ekonomi rendah karbon.
“Kami memastikan tata kelola yang akuntabel demi menciptakan pertumbuhan inklusif dan berkelanjutan,” tuturnya dalam siaran pers, Selasa (5/8/2025).
Ruang lingkup kerja meliputi perumusan skema kemitraan, pemanfaatan wilayah kerja panas bumi (WKP), percepatan implementasi proyek, studi kelayakan teknis, serta pembentukan tim kerja bersama.
Diperkirakan 19 proyek eksisting berkapasitas sekitar 530 MW akan diakselerasi melalui sinergi operasional lintas entitas. Potensi tambahan kapasitas diproyeksikan mencapai 1.130 MW dengan nilai investasi US$5,4 miliar.
Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri mengaku siap memperluas pemanfaatan panas bumi sebagai tulang punggung energi bersih nasional.
“Kami menjajaki skema kolaboratif yang memungkinkan optimalisasi potensi wilayah kerja panas bumi secara terukur dan progresif,” ucapnya.
Sementara itu, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyebutkan bahwa kerja sama yang terjalin akan memperkuat strategi jangka panjang perusahaan dalam meningkatkan kapasitas energi bersih.
______
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.