Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Mentah dalam Tren Stabil Kala Stok AS Menyusut

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September 2024 melemah 0,31% menjadi US$77,35 per barel pada pukul 07.52 WIB.
Ilustrasi harga minyak mentah. Dok Bloomberg
Ilustrasi harga minyak mentah. Dok Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Meskipun harga minyak mentah melemah, tren komoditas ini terpantau stabil setelah mencatatkan kenaikan pertama dalam empat sesi. Hal ini diakibatkan persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) kembali menurun dan Rusia yang berjanji untuk memangkas produksi. 

Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (25/7/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September 2024 melemah 0,31% menjadi US$77,35 per barel pada pukul 07.52 WIB. 

Kemudian, harga emas minyak mentah Brent untuk pengiriman September 2024 juga melemah 0,34% menjadi US$81,43 per barel. 

Harga minyak WTI mendekati US$77 per barel dan minyak mentah Brent bertahan di atas US$81 per barel setelah naik 0,9% pada Rabu (24/7).

Menurut data Badan Informasi Energi (EIA) persediaan minyak mentah komersial telah menurun 3,74 jua per barel, turun untuk minggu keempat. Persediaan bensin juga menyusut. 

Produsen minyak mentah terbesar di antara OPEC+, Rusia, akan melakukan pengurangan tambahan pada Oktober dan November 2024, kemudian Maret hingga September 2025. 

Harga minyak mentah telah menurun setelah menyentuh puncak pada awal bulan ini di tengah kekhawatiran prospek permintaan yang lemah di China, selaku importir terbesar. 

Kemudian, harga minyak mentah berjangka juga masih lebih tinggi pada 2024, karena anggota OPEC+ mempertahankan pembatasan produksi dan ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga AS yang akan segera terjadi. 

Sebelumnya, harga minyak menetap lebih tinggi pada Rabu (24/7). Salah satu faktornya adalah kebakaran hutan di Kanada yang memaksa beberapa produsen besar untuk mengurangi produksi dan mengancam pasokan dalam jumlah besar. 

Selain itu, harga juga berada di bawah tekanan akibat pembicaraan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, dan perlambatan ekonomi di China yang dapat melemahkan permintaan minyak global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper