Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Hari Ini, 25 Juli 2024: Emas Variatif, Batu Bara Hijau, CPO Loyo

Harga emas bergerak bervariatif pada perdagangan Kamis (25/7/2024), sedangkan harga batu bara menguat dan CPO melemah.
Anjungan pengeboran minyak lepas pantai Equinor ASA di ladang minyak Johan Sverdrup di Laut Utara, Norwegia, Senin, 13 Februari 2023/Bloomberg-Carina Johansen
Anjungan pengeboran minyak lepas pantai Equinor ASA di ladang minyak Johan Sverdrup di Laut Utara, Norwegia, Senin, 13 Februari 2023/Bloomberg-Carina Johansen

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas bervariatif di tengah para investor yang berfokus pada data ekonomi Amerika Serikat (AS), sedangkan harga batu bara menguat dan crude palm oil (CPO) melemah. 

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (25/7/2024) harga emas di pasar spot menguat 0,08% ke level US$2.399,71 per troy ounce pada pukul 06.53 WIB. 

Kemudian, harga emas Comex kontrak Desember 2024 melemah 0,68% ke level US$2.447,20 per troy ounce pada pukul 06.41 WIB. 

Mengutip Reuters, harga emas naik pada Rabu (24/7) karena dolar yang melemah. Investor juga berfokus pada data ekonomi Amerika Serikat (AS) minggu ini untuk mendapatkan lebih banyak sinyal soal penurunan suku bunga. 

"Pandangan jangka menengah hingga panjang untuk emas masih tetap mendukung karena kami memberlakukan dua kali pemotongan suku bunga tahun ini yang dimulai sejak September dan di latar belakang, ketegangan geopolitik akan terus mendukung emas sebagai investasi tempat berlindung yang aman," kata ahli strategi komoditas ANZ, Soni Kumari.

Investor juga sedang memantau perkembangan kampanye pemilu AS. Hal ini karena Wakil Presiden Kamala Harris diperkirakan menjadi calon dari Partai Demokrat untuk menghadapi lawannya dari Partai Republik, yakni Donald Trump. 

Sementara itu, India baru-baru ini juga memangkas bea masuk impor emas dan perak menjadi 6% dari 15%

"Pada paruh kedua tahun 2024, kita akan melihat permintaan fisik yang kuat karena adanya pemotongan bea masuk yang menguntungkan," jelas Kumari. 

Harga Batu Bara 

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara kontrak Juli 2024 di ICE Newcastle menguat 0,04% ke level 134,75 per metrik ton pada penutupan perdagangan Rabu (24/7). Kemudian, kontrak Agustus 2024 juga menguat 0,25% ke level US$138,55 per metrik ton.

Mengutip ETEnergyWorld, Badan Energi Internasional (EIA) mengatakan bahwa permintaan batu bara global akan tetap datar pada 2024 dan 2025. Hal ini karena permintaan listrik yang lebih tinggi di beberapa negara ekonomi utama mengimbangi ekspansi yang cepat dalam tenaga surya dan angin. 

Penggunaan batu bara global pada tahun lalu naik sebesar 2,6%, mencapai titik tertinggi sepanjang masa. Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan yang kuat di dua konsumen batu bara terbesar, China dan India. 

Permintaan batu bara tumbuh di sektor listrik dan industri. Namun, pendorong utama pertumbuhan utamanya untuk mengisi kesenjangan output tenaga air yang rendah dan permintaan listrik yang meningkat pesat.

“Analisis kami menunjukkan bahwa permintaan batu bara global kemungkinan akan tetap datar hingga 2025, berdasarkan pengaturan kebijakan dan tren pasar saat ini,” pungkas direktur pasar dan keamanan energi EIA, Keisuke Sadamori.  

Harga CPO 

Harga komoditas minyak kelapa sawit atau CPO berjangka pada penutupan perdagangan Rabu (24/7) kontrak Oktober 2024 melemah 43 poin ke 3.926 ringgit per ton di Bursa derivatif Malaysia. Kemudian, kontrak Agustus 2024 juga melemah 20 poin ke level 3.992 ringgit per ton.

Mengutip Bernama, pedagang minyak sawit David Ng mengatakan bahwa pasar mengantisipasi produksi yang lebih tinggi pada bulan ini, setelah data dari South Palm Oil Manufacturer Association (SPPOMA) menunjukan kenaikan produksi. 

Data dari laporan tersebut menunjukan bahwa produksi di Semenanjung Malaysia selatan meningkat 17,8% pada periode 1-20 Juli 2024, dibandingkan dengan periode yang sama pada bulan lalu. “Kami melihat support di RM3.850 dan resistensi di RM4.000,” pungkasnya. 

Sebelumnya, dia memproyeksi bahwa CPO pada minggu ini diperdagangkan dengan bias positif menjelang estimasi ekspor dan produksi utama. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper