Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Mentah Mendingin, Efek Data Perekonomian AS Melambat

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2024 melemah 0,49% atau 0,41 poin menjadi US$83,47 per barel pada pukul 10.01 WIB.
Kilang minyak Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) Amuay di Kompleks Kilang Paraguana di Punto Fijo, Negara Bagian Falcon, Venezuela, pada hari Sabtu, 19 Agustus 2023./Bloomberg
Kilang minyak Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) Amuay di Kompleks Kilang Paraguana di Punto Fijo, Negara Bagian Falcon, Venezuela, pada hari Sabtu, 19 Agustus 2023./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah menurun pada awal perdagangan, setelah data ketenagakerjaan dan aktivitas bisnis Amerika Serikat (AS) yang rilis lebih lemah dari perkiraan. Hal ini menjadi tanda perekonomian konsumen minyak terbesar di dunia mendingin. 

Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (4/7/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2024 melemah 0,49% atau 0,41 poin menjadi US$83,47 per barel pada pukul 10.01 WIB. 

Sementara itu, kontrak minyak mentah Brent untuk pengiriman September 2024 juga melemah 0,41% atau 0,36 poin menjadi US$86,98 per barel.

Berdasarkan data pada Rabu (3/7/2024) diketahui bahwa adanya peningkatan pengajuan pertama untuk tunjangan pengangguran AS pada minggu lalu. Jumlah orang yang menganggur meningkat lebih lanjut ke titik tertinggi dalam 2,5 tahun menjelang akhir Juni 2024. 

Secara terpisah, laporan Ketenagakerjaan ADP menunjukkan penggajian swasta bertambah 150.000 pekerjaan pada Juni 2024, di bawah perkiraan konsensus sebesar 160.000, dan naik sebanyak 157.000 pada Mei 2024. 

Indeks ISM Non-Manufaktur, indikator aktivitas sektor jasa AS, turun ke level terendah dalam empat tahun 48,8 pada Juni 2024, jauh di bawah perkiraan 52,5. Hal ini mencerminkan penurunan pesanan yang tajam.

Namun menurut para analis, data ekonomi yang lebih lemah dapat memperkuat argumen The Fed untuk mulai menurunkan suku bunga. Langkah ini dapat mendukung pasar minyak, karena suku bunga yang lebih rendah dapat meningkatkan permintaan. 

Adapun, pada tahun ini, harga minyak mentah tetap menguat karena OPEC+ yang membatasi pasokan. Harga minyak berjangka juga terbantu oleh sentimen risiko di pasar ekuitas.

Risiko geopolitik juga mendorong kenaikan harga, karena investor memantau pemilihan umum di Prancis, Inggris, serta Iran. Di Timur Tengah, eskalasi antara Israel dan Hizbullah mengancam akan meluas menjadi konflik yang lebih luas.

Kemudian, baru-baru ini juga terdapat kecemasan pada musim badai yang berpotensi aktif, yang mendorong harga saat Badai Beryl bergerak melalui Karibia menuju Jamaika.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg, Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper