Bisnis.com, JAKARTA – Dividen jumbo senilai US$300 juta atau setara Rp4,9 triliun dari emiten tambang miliki Low Tuck Kwong, PT Bayan Resources Tbk. (BYAN), akan memasuki periode cum date di pasar reguler dan negosiasi pada Jumat (5/7/2024).
Sebagai informasi, cum date merupakan tanggal terakhir bagi investor yang ingin membeli saham tertentu dan berhak mendapatkan dividen yang telah diumumkan. Untuk bisa meraih dividen, investor perlu membeli saham tersebut sebelum atau pada tanggal cum date.
Direktur Bayan Resources Jenny Quantero menyatakan bahwa sesuai hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 27 Juni 2024, perseroan akan membagikan dividen tunai final untuk tahun buku 2023 sebesar US$300 juta atau setara US$0,009 per saham.
Dengan demikian, total dividen yang dikucurkan perseroan mencapai US$800 juta atau sekitar Rp13,08 triliun. Perinciannya, sebesar US$500 juta telah dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen interim pada 5 Januari 2024.
“Dan sisanya sebesar US$300.000.015 atau setara dengan US$0,009 per saham akan dibayarkan sebagai dividen tunai final,” ujar Jenny Quantero dalam surat kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dirilis pada Senin (1/7/2024).
Baca Juga
Berikut jadwal pembagian dividen tunai final Bayan Resources:
- Cum dividen di pasar reguler dan negosiasi: 5 Juli 2024
- Ex dividen di pasar reguler dan negosiasi: 8 Juli 2024
- Cum dividen di pasar tunai: 9 Juli 2024
- Ex dividen di pasar tunai: 10 Juli 2024
- Tanggal recording date dividen: 9 Juli 2024
- Tanggal pembayaran dividen: 24 Juli 2024
Sepanjang tahun ini, BYAN menargetkan pendapatan mencapai US$3,3 miliar – US$3,6 miliar atau sekitar Rp51,15 triliun – Rp55,80 triliun. Sementara itu, Ebitda diperkirakan berkisar US$1,2 miliar – US$1,4 miliar atau sekitar Rp18,6 triliun – Rp21,7 triliun.
"Produksi batu bara pada 2024 sejumlah 55 juta-57 juta ton, naik dari estimasi realisasi 2023 sebesar 48 juta ton,” dikutip dari keterangan tertulis Bayan Resources.
Bayan memprediksi harga batu bara Newcastle pada 2024 akan berkisar US$110 per ton, dan ICI4 rerata mencapai US$58 per ton. Diharapkan harga batu bara lebih stabil setelah sepanjang tahun lalu menurun dari puncaknya pada 2022.
Di sisi lain, rerata harga jual (ASP) batu bara BYAN pada tahun ini diproyeksikan berkisar pada rentang US$60 – US$65 per ton. Perkiraan ini mengalami koreksi dari US$76 per ton pada 2023, US$118 ton pada 2022, dan US$71 per ton pada 2021.
Meski demikian, manajemen Bayan mengatakan bahwa harga jual masih lebih baik dibandingkan 2020 yang mencapai US$39 per ton dan US$48 per ton pada 2019.
Sementara itu, guna memaksimalkan keuntungan, Bayan akan menjaga beban biaya sekitar US$40 – US$43 per ton. Biaya tersebut mencakup cost of goods sold (COGS) atau semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam setiap kegiatan produksi.
Perseroan juga mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$230 – US$260 juta atau sekitar Rp3,56 triliun – Rp4,03 triliun. Perinciannya, sebanyak 74% dari alokasi capex akan digunakan untuk pengembangan dan infrastruktur, kemudian 13% untuk peralatan dan mesin, serta 13% pembelian alat lainnya.
---------------------------
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.