Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Simak Pergerakan Harga Minyak Mentah Awal Pekan, di Tengah Penurunan Stok AS

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2024 melemah 0,53% atau 0,43 poin ke level US$80,30 per barel pada pukul 07.09 WIB.
Ilustrasi harga minyak mentah. Dok Bloomberg
Ilustrasi harga minyak mentah. Dok Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah mengalami penurunan setelah minyak berjangka memasuki wilayah jenuh beli. Hal ini terjadi walaupun minyak mentah masih mencatatkan kenaikan secara mingguan, di tengah menyusutnya stok Amerika Serikat (AS) dan tanda-tanda peningkatan permintaan bahan bakar. 

Berdasarkan data Bloomberg, Senin (24/6/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2024 melemah 0,53% atau 0,43 poin ke level US$80,30 per barel pada pukul 07.09 WIB.

Kemudian, kontrak minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus 2024 juga melemah 0,52% atau 0,45 poin ke level US$84,79 per barel.

Harga minyak mentah telah memasuki wilayah overbought pada Kamis (20/6) setelah laporan mingguan Badan Informasi Energi (EIA) melaporkan penguatan permintaan minyak dan produk olahan. 

Lalu, stok minyak mentah AS menurun 2,55 juta barel pada minggu lalu dan persediaan bahan bakar jenis bensin dan solar juga menurun. 

Dolar AS juga mengalami penguatan pada Jumat (21/6) menambah tekanan bearish pada pasar komoditas. Berakhirnya kontrak berjangka WTI pada Juli 2024 pada Kamis (20/6) menambah volatilitas minyak mentah. 

Dari sisi geopolitik, empat kilang di Rusia selatan telah menjadi sasaran. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa 70 drone ditahan dan dihancurkan di Krimea dan Laut Hitam, dan 43 di wilayah Krasnodar. 

Harga minyak juga telah meningkat sejak awal Juni 2024, ketika menteri energi Saudi menggarisbawahi kesepakatan OPEC+ baru-baru ini mempertahankan opsi untuk menghentikan sementara atau membalikkan perubahan produksi. 

Selain itu, bank-bank termasuk Goldman Sachs Group Inc., ING Groep NV dan Citigroup Inc. telah menandai defisit pasar. 

Mengutip Reuters, diketahui pada minggu lalu kedua harga minyak mentah acuan tersebut telah naik sekitar 3%, setelah mengalami peningkatan sebesar 4% pada minggu lalu. 

Dolar AS juga naik ke level tertinggi dalam tujuh minggu dibandingkan dengan sejumlah mata uang lainnya. Hal ini karena pendekatan Federal Reserve (The Fed) yang sabar dalam memangkas suku bunga. Hal ini berbeda dengan sikap yang lebih dovish di negara lainnya. 

Penguatan dolar AS juga dapat mengurangi permintaan minyak, dengan membuat komoditas dalam mata uang dolar seperti minyak, menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper