Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas terpantau variatif usai laporan pekerjaan Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari perkiraan. Batu bara telah ditutup melemah dan CPO yang menguat.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot menguat 0,23% ke level US$2.299,14 pada perdagangan Senin (10/6/2024) pada pukul 06.36 WIB.
Kemudian, harga emas Comex kontrak Agustus 2024 juga melemah 0,41% ke level US$2.315,50 per troy ounce, pada pukul 06.25 WIB.
Mengutip Reuters, emas mempercepat penurunannya pada Jumat (7/6) seusai laporan pekerjaan AS yang lebih kuat dari perkiraan. Data tersebut kemudian menghilangkan ekspektasi mengenai penurunan suku bunga AS pada tahun ini.
Laporan tersebut kemudian menambah sentimen bearish yang didorong oleh data, yang menunjukan konsumen utama China menunda pembelian emas batangan pada Mei 2024. Emas turun hampir 1% sepanjang minggu ini, menandai penurunan mingguan ketiga berturut-turut.
“Kami akan mencari tahu hari ini apakah emas mempunyai kekuatan untuk menerima dampak positif dari laporan ketenagakerjaan yang kuat dan jeda pembelian China,” jelas pedagang logam independen yang berbasis di New York, Tai Wong.
Baca Juga
Diketahui bahwa baru-baru ini Laporan Departemen Tenaga Kerja menunjukan Nonfarm Payrolls (NFP) naik 272.000 pekerjaan pada Mei 2024, lebih tinggi dari perkiraan sebesar 185.000. Hal ini membuat terjadinya reli dolar, dan emas batangan menjadi lebih mahal bagi pembeli di luar negeri.
Adapun, mengutip laman resmi Federal Reserve, Federal Open Market Committee (FOMC) akan melakukan pertemuan pada 11-12 Juni 2024.
Harga Batu Bara
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara kontrak Juni 2024 di ICE Newcastle melemah 2,16% ke level US$131,45 per metrik ton pada penutupan perdagangan Jumat (7/6). Kemudian, batu bara kontrak Juli 2024 juga melemah 2,13% ke US$133 per metrik ton.
Mengutip Reuters, beberapa negara perekonomian terbesar ingin menyelesaikan rencana menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) iklim Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun ini, untuk menghentikan pendanaan baru dari sektor swasta untuk proyek batu bara.
Jika hal ini disetujui, rancangan proposal Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) akan menjadi langkah pertama lembaga multilateral untuk mengekang pembiayaan batu bara.
Nantinya, lembaga keuangan akan mendanai penghentian dini pembangkit listrik tenaga baru bara, dibandingkan melakukan divestasi dari aset-aset tersebut.
Penutupan awal fasilitas pembangkit listrik tenaga batu bara juga perlu diimbangi dengan pembiayaan energi ramah lingkungan untuk menggantikan kapasitas batu bara yang hilang.
Menurut LSM Urgewald dalam laporan bulan lalu, pinjaman dan penjaminan bank komersial kepada industri batubara berjumlah US$470 miliar antara Januari 2021 dan Desember 2023.
Harga CPO
Harga komoditas minyak kelapa sawit atau CPO berjangka pada penutupan perdagangan Jumat (7/6) kontrak Agustus 2024 menguat 16 poin ke 3.976 ringgit per ton di Bursa derivatif Malaysia. Berikutnya, kontrak Juni 2024 juga ditutup menguat 8 poin menjadi 3.943 ringgit per ton.
Mengutip Bernama, pedagang minyak sawit David Ng memperkirakan bahwa kontrak berjangka CPO akan diperdagangkan dengan bias naik pada minggu depan karena ekspektasi laporan panen yang bullish.
Pihaknya juga memperkirakan bahwa harga CPO akan diperdagangkan antara RM3,900 dan RM4,100 per ton.
Kemudian, pedagang minyak sawit senior Interband Group of Companies, Jim Teh memproyeksi bahwa perdagangan berjangka CPO berada di kisaran RM3,750 dan RM3,850 per ton.
“Dan kami menunggu rilis data bulan Mei oleh Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) pada tanggal 10 bulan depan. Datanya, termasuk posisi stok dan angka ekspor bulan Mei, sepertinya akan lebih tinggi,” tuturnya.