Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Asing Tarik Dana Triliunan dari Pasar Modal, OJK Ungkap Sebabnya

OJK ungkap penyebab investor asing menarik dana triliunan dari pasar modal RI.
Investor mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Kamis (2/5/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Investor mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Kamis (2/5/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan investor asing melakukan aksi jual atau net sell senilai triliunan rupiah di pasar modal Indonesia sepanjang tahun berjalan.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan, di pasar obligasi, investor asing atau non-residen mencatatkan net sell sebesar Rp52,19 triliun. Untuk pasar obligasi korporasi, investor asing juga mencatatkan net sell sebesar Rp1,41 triliun secara year-to-date (ytd).

"Indeks pasar obligasi ICBI melemah 0,33% ytd ke level 373,40. Secara ytd, yield Surat Berharga Negara atau SBN secara umum naik rata-rata sebesar 41,77 bps di seluruh tenor," ujar Inarno dalam Konferensi Pers RDK Bulanan, Senin (13/5/2024).

Sementara itu di pasar saham, data statistik BEI menunjukkan investor asing melakukan net sell sebesar Rp2,02 triliun hari ini, Senin (13/5/2024). Sementara itu, secara ytd investor asing melakukan aksi jual neto sebesar Rp530,74 miliar.

Saham perbankan menjadi yang paling banyak dilego asing hari ini yaitu Bank Rakyat Indonesia (BBRI) senilai Rp404,2 miliar, BCA (BBCA) senilai Rp250 miliar, dan Bank Mandiri (BMRI) senilai Rp226,8 miliar.

"Tekanan di pasar saham global turut berdampak pada pasar saham domestik di bulan April 2024, dengan IHSG terkoreksi 0,53% ytd ke level 7.234,20 atau melemah 0,75 persen month-to-date," jelasnya.

Adapun, di industri reksa dana, nilai Asset Under Management (AUM) pengelolaan investasi tercatat sebesar Rp810,28 triliun atau turun 1,75% ytd, dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana tercatat sebesar Rp479,74 triliun atau turun 4,33%. Penjualan bersih atau net redemption sebesar Rp56,18 triliun pada April 2024.

Terkait sentimen global, di Amerika Serikat (AS), Gross Domestic Product (GDP) AS melambat sebesar 1,6% quarter-to-quarter (qtq) dari sebelumnya 3,4%. Angka itu merupakan penurunan terendah dalam  dua tahun terakhir, disebabkan oleh peningkatan impor yang signifikan. 

Meskipun demikian, kinerja ekonomi AS masih menunjukkan tanda-tanda penguatan yang lebih tinggi dari ekspektasi. Hal ini mendorong kembalinya ekspektasi suku bunga higher for longer sehingga pasar memprediksi probabilitas pemotongan Fed Funds Rate (FFR) semakin menurun. 

Berbeda dengan The Fed, Europan Central Bank (ECB) dan Bank of England (BOE) dihadapkan dilema antara pertumbuhan yang rendah dan inflasi yang masih tinggi di Kawasan Eropa, namun pasar mengekspektasikan BOE dan ECB akan memilih menurunkan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan. 

Di China, rilis beberapa kinerja ekonomi di atas ekspektasi pasar meskipun masih terjadi pelemahan permintaan domestik sehingga pemerintah masih cenderung menerapkan kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif. 

Sementara itu di perekonomian domestik, inflasi inti mengalami peningkatan yang mengindikasikan pemulihan permintaan dalam periode Pemilu dan bulan Ramadan. Sektor manufaktur juga mengalami peningkatan kinerja, didorong oleh naiknya volume pesanan dan produksi baru. 

Penguatan tersebut terefleksi dari peningkatan pertumbuhan ekonomi kuartal I/2024 menjadi 5,11% year-on-year yoy, dibanding kuartal IV/2023 5,04% yoy, terutama didorong oleh peningkatan konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) yang tumbuh 24,3% dan konsumsi pemerintah sebesar 19,9%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper