Bisnis.com, JAKARTA – BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) menyampaikan akan lebih selektif dalam memboyong perusahaan untuk melakukan initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pasalnya, saat ini marak fenomena saham IPO yang memiliki fundamental buruk dan tidak likuid atau yang lebih dikenal sebagai saham gorengan.
Direktur Utama BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) Laksono Widodo mengatakan, pada 2023 lalu BRIDS hanya memboyong sekitar 3 perusahaan IPO, saat BEI mencatatkan rekor IPO sebanyak 79 emiten.
"Alasannya, kami sangat selektif untuk memilih emiten yang mau IPO," ujar Laksono dalam kunjungannya ke Wisma Bisnis Indonesia, Selasa (23/4/2024).
Lebih lanjut dia mengatakan, pada tahun lalu ada sekitar 5 perusahaan yang memutuskan untuk menunda IPO karena kondisi pasar saham yang belum kondusif kala itu.
Sementara itu, tahun ini BRIDS akan merambah perusahaan berskala kecil untuk melantai di Bursa, dengan tetap memperhatikan kualitas dari calon emiten tersebut.
Baca Juga
"Tahun ini kami akan coba merambah ke IPO yang secara size lebih kecil, dengan tetap memperhatikan kualitas. Kami tidak ingin menjadi perusahaan sekuritas yang melakukan IPO dan akhirnya menjadi saham gorengan," tegasnya.
Menurut Laksono, untuk mendapatkan IPO berskala jumbo saat ini tidaklah mudah, berkaca pada kondisi pasar saat ini. Sebab mayoritas perusahaan berskala jumbo sudah banyak yang tercatat di BEI.
Mengacu laman resmi BRIDS, beberapa emiten yang pernah diboyong IPO yakni PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) senilai Rp18,79 triliun (2021), PT Global Digital Niaga Tbk. (BELI) senilai Rp8 triliun (2022) hingga PT Terang Dunia Internusa Tbk. (UNTD) Rp400 miliar (2024).
Berdasarkan catatan Bisnis pada 3 April 2024, setidaknya ada 17 emiten yang baru menggelar IPO dalam kurun waktu 2021 hingga 2024 tetapi telah masuk dalam Papan Pemantauan Khusus Full Call Auction BEI yang baru disahkan pada 25 Maret 2024.
Misalnya, ada PT Citra Nusantara Gemilang Tbk. (CGAS) yang menggelar IPO pada 8 Januari 2024, serta PT Mitra Pedagang Indonesia Tbk. (MPIX) yang listing pada 7 Februari 2024. Baru tercatat, CGAS dan MPIX langsung dijebloskan ke dalam papan pemantauan khusus masing-masing pada 4 Maret dan 20 Maret 2024.
Adapun, CGAS dan MPIX masuk PPK karena dikenakan penghentian sementara perdagangan efek selama lebih dari 1 (satu) hari bursa yang disebabkan oleh aktivitas perdagangan, atau memenuhi kriteria nomor 10. Selanjutnya, untuk emiten yang baru tercatat pada 2023 yakni PT Pulau Subur Tbk. (PTPS) dan PT Cakra Buana Resources Energi Tbk. (CBRE).
Selanjutnya, beberapa emiten yang tercatat pada 2022 yakni PT Net Visi Media Tbk. (NETV), PT Winner Nusantara Jaya Tbk. (WINR), hingga PT Bersama Zatta Jaya Tbk. (ZATA).
Beberapa di antaranya juga memenuhi kriteria papan pemantauan khusus yakni harga rata-rata saham selama 6 bulan terakhir di pasar reguler dan/atau pasar reguler periodic call auction kurang dari Rp51. Selain itu juga ada kriteria memiliki ekuitas negatif pada laporan keuangan terakhir.
Namun, saat ini sebagian besar saham tersebut sudah berhasil keluar dari papan pemantauan khusus full call auction.