Bisnis.com, JAKARTA - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) mencatatkan rugi investasi yang belum terealisasi (unrealized loss) sebesar Rp403 miliar secara kuartal ke kuartal atau quarter on quarter (qoq) dari investasi di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO).
Sementara itu, berapa jumlah kerugian investasi yang belum direalisasikan TLKM ke GOTO sejak awal berinvestasi?
Dalam laporan keuangannya, TLKM menjelaskan Telkomsel menilai nilai wajar investasi di GOTO dengan menggunakan nilai pasar saham GOTO sebesar Rp69 per saham.
"Jumlah rugi yang belum direalisasi dari perubahan nilai wajar investasi Telkomsel pada GOTO pada 31 Maret 2024 adalah sebesar Rp403 miliar," tulis TLKM, dikutip Senin (22/4/2024).
Manajemen melanjutkan, rugi ini disajikan sebagai rugi yang belum direalisasi dari perubahan nilai wajar atas investasi dalam laporan laba rugi konsolidasian.
Dalam info memo, TLKM menyebut apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, TLKM mencatat keuntungan belum terealisasi sebesar Rp430 miliar, terutama dari GOTO pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Baca Juga
Perlu dicatat, nilai kerugian investasi yang dicatatkan TLKM pada laporan keuangannya dibukukan secara kuartal ke kuartal. Artinya, nilai kerugian ini belum mencerminkan kerugian investasi sejak TLKM menanamkan modalnya pada GOTO.
Berdasarkan catatan Bisnis, TLKM mulai melakukan investasi pada GOTO pada, tepatnya pada PT Aplikasi Karya Anak Bangsa atau Gojek pada 2020.
Investasi pada 16 November 2020 tersebut adalah investasi dalam bentuk obligasi konversi tanpa bunga sebesar US$150 juta atau setara Rp2,1 triliun per 31 Desember 2020.
Lalu pada 17 Mei 2021, Gojek dan PT Tokopedia merger menjadi GOTO. Merger ini membuat Telkomsel mengeksekusi obligasi konversi atau convertible bond (CB) sesuai dengan perjanjian CB, di mana CB akan dikonversi menjadi saham.
Pada 18 Mei 2021, Telkomsel menandatangani perjanjian pembelian saham untuk memesan 29.708 saham konversi atau sebesar Rp2,11 triliun dan 59.417 saham tambahan dari opsi pembelian saham atau senilai US$300 juta yang setara Rp4,29 triliun.
GOTO melakukan stock split pada 19 Oktober 2021 dan mengubah kepemilikan Telkomsel dari 89.125 saham, menjadi 23,72 miliar saham. Per 31 Desember 2021, Telkomsel menilai wajar investasi di GOTO setelah stock split adalah Rp375 per saham.
Apabila jumlah saham sebanyak 23,72 miliar tersebut dikalikan dengan nilai wajar investasi di GOTO setelah stock split sebesar Rp375 per saham, maka bisa dikatakan nilai investasi awal TLKM pada GOTO sebesar Rp8,89 triliun.
Per akhir 2021, TLKM mencatat keuntungan yang belum direalisasi atas nilai wajar penyertaan Telkomsel pada GOTO sebesar Rp2,49 triliun.
Akan tetapi, setelah GOTO menjadi perusahaan publik pada 11 April 2022, Telkomsel menilai nilai wajar investasi di GOTO dengan menggunakan nilai pasar sebesar Rp91 per saham.
Dengan penurunan nilai saham ini, alhasil Telkomsel mencatatkan kerugian yang belum direalisasi dari perubahan nilai wajar investasi Telkomsel pada GOTO sebesar Rp6,74 triliun pada 2022.
Sementara itu, pada akhir Maret 2024, TLKM mencatat kerugian yang belum direalisasi dari investasi pada GOTO adalah sebesar Rp403 miliar. Jumlah rugi ini didapatkan dengan membandingkan nilai saham di akhir tahun 2023 yang sebesar Rp86 per saham, dengan nilai saham di akhir Maret 2023 yang sebesar Rp69 per saham.
Hanya saja, apabila dihitung sejak awal Telkomsel melakukan investasi pada GOTO sejak 2021, maka secara total jumlah kerugian investasi yang belum direalisasi TLKM pada GOTO adalah sebesar Rp7,25 triliun.
Jumlah ini didapatkan apabila membandingkan nilai saham pada tahun 2021 yang sebesar Rp375 per saham, dengan nilai saham Rp69 per saham di akhir Maret 2024.