Bisnis.com, JAKARTA - Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu) menyampaikan realisasi penjualan Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI025 tembus Rp23,9 triliun hingga akhir masa penawaran Kamis (22/2/2024). Di sisi lain, penjualan ORI025 terdampak adanya Pemilu 2024.
Direktur Surat Utang Negara Kemenkeu, Deni Ridwan mengatakan, hingga saat ini pihaknya masih melakukan rekonsiliasi data penjualan ORI025 dengan pihak-pihak terkait.
"Pemesanan ORI025 telah mencapai Rp23,9 triliun, dengan tenor 3 tahun sebesar Rp19,38 triliun dan tenor 6 tahun sebesar Rp4,53 triliun. Angka finalnya akan diumumkan setelah penetapan penerbitan ORI025 pada tanggal 26 Februari 2024," ujar Deni kepada Bisnis, dikutip Jumat (23/2/2024).
Lebih lanjut dia mengatakan, capaian penjualan ORI025 itu telah melampaui seri sebelumnya yakni ORI024 yang terjual Rp14,5 triliun pada tahun 2023 lalu. Namun, penjualan ORI025 masih di bawah kuota awal yang ditetapkan sebesar Rp25 triliun. Alasannya, masyarakat wait and see terkait Pemilu 2024.
"Pada awal masa penawaran sampai dengan menjelang pelaksanaan Pemilu Presiden dan legislatif, pemesanan ORI025 relatif lambat karena masyarakat sepertinya cenderung bersikap wait and see atas dinamika politik Tanah Air," katanya.
Sebagaimana diketahui, ORI025 ditawarkan pada 29 Januari 2024 hingga 22 Februari 2024. Namun, setelah momen pencoblosan Pemilu pada 14 Februari 2024 selesai, Deni mengatakan pemesanan ORI025 langsung melonjak signifikan.
Baca Juga
"Setelah penyelenggaraan Pemilu yang berlangsung dengan lancar dan damai, serta bersamaan dengan jatuh temponya ORI019 pada tanggal 15 Februari 2024, pemesanan ORI025 melonjak signifikan hingga mencapai Rp2 triliun-Rp3 trilliun per hari," pungkas Deni.
Adapun, ORI025 merupakan SBN ritel perdana tahun 2024 yang meluncur dalam dua seri, yaitu 0RI025-T3 dengan kupon 6,25% dan ORI025-T6 dengan kupon 6,40%. Setelah ORI025, akan terbit Sukuk Ritel (SR) Seri SR020 pada pada 4 Maret 2024 sampai 27 Maret 2024 (tentatif).
Sementara itu, pada tahun ini, pemerintah berencana meluncurkan 8 seri SBN ritel, yang meliputi Obligasi Negara Ritel (ORI), Savings Bond Ritel (SBR), Sukuk Tabungan (ST), Sukuk Ritel (SR), dan CWLS Ritel.
Fixed Income & Macro Strategist Mega Capital Sekuritas Lionel Priyadi mengatakan, dengan jumlah penerbitan tersebut, pemerintah berpeluang menerbitkan obligasi dan sukuk ritel berkisar Rp150 triliun-Rp160 triliun tahun ini, atau lebih tinggi dari tahun 2023 sebesar Rp147,42 triliun.
Menurutnya, perhatian investor akan tertuju kepada waktu pemangkasan suku bunga Bank Sentral AS Federal Reserve atau The Fed yang berpengaruh terhadap pasar obligasi Indonesia. Sejauh ini suku bunga The Fed masih ditahan di kisaran 5,25%-5,5%.
"Saat ini fokus investor lebih ke sentimen global yang didominasi oleh proyeksi pemangkasan suku bunga The Fed 4x25 basis poin [bps], turun dari sebelumnya 6x25 bps yang berdampak negatif bagi pasar," jelas Lionel kepada Bisnis, dikutip Jumat, (23/2/2024).
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Rabu (21/2/2024). Lionel mengatakan yield obligasi Indonesia relatif stabil seiring dengan intervensi BI.
"Namun, intervensi BI di pasar obligasi membuat yield tetap stabil dengan yield INDOGB 10 tahun berfluktuasi di rentang 6,5%-6,7%," pungkas Lionel.