Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Mintah Memanas di Tengah Pelemahan Dolar AS dan Konflik Timur Tengah

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Februari 2024 menguat 0,78% atau 0,56 poin ke level US$71.93 per barel pada pukul 14.10 WIB.
Kilang minyak Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) Amuay di Kompleks Kilang Paraguana di Punto Fijo, Negara Bagian Falcon, Venezuela, pada hari Sabtu, 19 Agustus 2023./Bloomberg
Kilang minyak Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) Amuay di Kompleks Kilang Paraguana di Punto Fijo, Negara Bagian Falcon, Venezuela, pada hari Sabtu, 19 Agustus 2023./Bloomberg

Bisnis.comJAKARTA - Harga minyak mengalami kenaikan lantaran ketegangan di Timur Tengah yang masih berlanjut dan dolar Amerika Serikat (AS) yang melemah menjelang rilis data inflasi, sehingga mendukung harga. 

Berdasarkan data Bloomberg, Rabu (10/1/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Februari 2024 menguat 0,78% atau 0,56 poin ke level US$71.93 per barel pada pukul 14.10 WIB. Sementara itu, harga minyak Brent kontrak Maret 2024 menguat 0,81% atau 0,62 poin ke posisi US$77,42 per barel.

Ketegangan di Timur Tengah kini terus meningkat lantaran Paman Sam dan sekutu mempertimbangkan opsi untuk membalas serangan Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah. 

Serangan tersebut telah mengurangi jumlah kapal tanker sekitar sepertiganya, yakni kapal yang membawa minyak mentah dan produk-produk melalui Selat Bab el-Mandeb.

Seiring para pedagang mencoba untuk menerka prospek kedepannya, minyak telah mengalami kesulitan menemukan arah yang jelas pada 2024, terombang-ambing antara kenaikan dan penurunan harian. 

Menurut Vitol Group, pasar akan relatif seimbang pada tahun 2024 karena pertumbuhan permintaan sulit mengejar pasokan baru dari luar OPEC.

Dukungan tambahan untuk harga minyak, serta bahan mentah lainnya termasuk tembaga, berasal dari pelemahan mata uang Amerika, yang membuat pembelian menjadi lebih murah bagi pembeli luar negeri.

Data inflasi nanti pada hari Kamis (11/1) akan diperhatikan untuk mendapatkan petunjuk mengenai seberapa cepat pelonggaran inflasi dan konsekuensinya terhadap kebijakan moneter.

“Ini adalah tarik-menarik yang tidak seimbang antara prospek permintaan-penawaran minyak global yang bearish dan premi risiko yang mendukung, meskipun hanya sementara, dari serangan dan ketegangan di Laut Merah,” jelas pendiri Vanda Insights, Vandana Hari. 

Ia berpendapat bahwa sentimen nampaknya cenderung pada aksi jual panik ketimbang pembelian protektif. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper