Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Mentah Menguat di Tengah Ketegangan Timur Tengah dan Penghentian Produksi Libya

Harga minyak Brent kontrak Maret 2024 menguat 0,54% atau 0,42 poin ke posisi US$78,67 per barel pada pukul 14.13 WIB.
Kilang minyak Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) Amuay di Kompleks Kilang Paraguana di Punto Fijo, Negara Bagian Falcon, Venezuela, pada hari Sabtu, 19 Agustus 2023./Bloomberg
Kilang minyak Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) Amuay di Kompleks Kilang Paraguana di Punto Fijo, Negara Bagian Falcon, Venezuela, pada hari Sabtu, 19 Agustus 2023./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah naik tipis karena adanya gangguan pasokan di Libya dan serangan di Timur Tengah, sehingga meningkatkan ketegangan di wilayah produsen minyak mentah utama. 

Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (4/1/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Februari 2024 menguat 0,77% atau 0,56 poin menjadi US$73,26 per barel pada pukul 14.13 WIB. Sementara itu, harga minyak Brent kontrak Maret 2024 menguat 0,54% atau 0,42 poin ke posisi US$78,67 per barel.

Para pengunjuk rasa di Libya telah menghentikan produksi dari ladang Sharara dan El-Feel milik produsen OPEC, yang biasanya menghasilkan sekitar 365.000 barel per hari. 

Kemudian, Houthi juga telah menyerang kapal dagang lain di Laut Merah. Hal ini terjadi ketika Iran mengatakan ledakan yang menewaskan hampir 100 orang di bagian tengah negara tersebut, dilakukan sebagai hukuman atas sikapnya yang menentang Israel, meskipun AS mengatakan bahwa baik Israel maupun mereka sendiri tidak terlibat.

Menguatnya ketegangan di Timur Tengah mengancam penerapan kembali premi konflik minyak, yang turun sekitar seperlima pada kuartal terakhir karena peningkatan produksi dari sumber-sumber non-OPEC+ termasuk AS yang melampaui permintaan.

“Kekhawatiran dan ketidakpastian pasar yang lebih besar masih berpusat pada ketegangan di Timur Tengah, terutama setelah serangan baru-baru ini di Iran,” jelas kepala strategi komoditas di ING Groep NV di Singapura, Warren Patterson.

Menteri kesehatan Iran mengatakan bahwa ledakan di dekat makam komandan Iran Qassem Soleimani menewaskan 95 orang dan melukai 211 lainnya pada Rabu (3/1). Serangan tersebut terjadi sehari setelah Israel diyakini berada di balik pembunuhan pemimpin utama kelompok Hamas.

Kelompok Houthi yang berbasis di Yaman mengatakan bahwa mereka menyerang kapal bernama CMA CGM Tage. Namun, raksasa kontainer Prancis CMA CGM SA mengatakan kapal itu tidak mengalami insiden. Adapun, banyak perusahaan pelayaran menghindari Laut Merah setelah gelombang serangan.

Goldman Sachs Group Inc. mengatakan dalam catatan bahwa ada potensi kenaikan harga minyak sekitar US$3-US$4 per barel akibat pengalihan aliran minyak yang berkepanjangan dan penuh akibat gangguan di Laut Merah. 

Namun, minyak mentah Brent diproyeksikan tetap berada dalam kisaran US$70-US$90 per barel pada tahun ini,  karena peningkatan kapasitas cadangan dan pasokan fleksibel dari OPEC+, risiko resesi yang rendah, dan pembelian cadangan strategis yang oportunistik oleh China dan AS.

Sementara itu, OPEC+ menegaskan kembali komitmennya untuk menstabilkan pasar. Putaran terakhir pembatasan pasokan yang diputuskan pada 30 November 2023 berjumlah sekitar 900 ribu barel per hari, yang akan berlaku mulai bulan ini hingga akhir kuartal. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper