Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah menahan pelemahan saat optimisme terhadap suku bunga memudar, meskipun kekhawatiran mengenai konflik di Laut Merah masih menjadi perhatian.
Berdasarkan data Bloomberg, Rabu (3/1/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Februari 2024 melemah 0,2% atau -0,14 poin menjadi US$70,24 per barel pada pukul 18.38 WIB. Sementara itu, harga minyak Brent kontrak Maret 2024 menguat 0,25% atau 0,19 poin ke posisi US$76,08 per barel.
Harga minyak mentah WTI telah diperdagangkan di atas US$70 per barel. Adapun, patokan global Brent diperdagangkan di bawah US$76 per barel setelah menurun 1,5% pada Selasa (2/1/2024).
Para pedagang mengurangi spekulasinya mengenai skala penurunan suku bunga dari bank-bank sentral utama. Hal ini menjadi salah satu penyebab menurunnya saham dan obligasi terburuk yang pernah terjadi, pada sesi pertama tahun ini.
Kemudian, perubahan sentimen pasar yang lebih luas juga memberikan tekanan pada harga minyak karena para pedagang terus memantau perkembangan di Timur Tengah. Pengiriman kapal perang Iran ke Laut Merah juga menjadi tindakan yang paling berani untuk menantang pasukan Amerika Serikat (AS) di jalur perdagangan utama.
Pada 2023, harga minyak mentah mencatatkan penurunan tahunan pertama sejak 2020 di tengah kekhawatiran peningkatan produksi non-OPEC+ yang akan melebihi upaya pembatasan pasokan di tengah melambatnya permintaan.
Baca Juga
Adapun menurut analis senior di Sanford C. Bernstein, Neil Beveridge, meskipun kejadian di Laut Merah menimbulkan adanya risiko tambahan, menambah waktu serta biaya, gangguan terhadap pasar minyak dinilai tidak terlalu signifikan.
“Pasar terlihat cukup seimbang memasuki tahun ini, sehingga OPEC mempunyai banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mendukung harga pada level saat ini,” jelasnya kepada Bloomberg Television.
Menurut para delegasi, organisasi negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya akan melanjutkan pertemuan rutin dalam pemantauan pasar minyak dengan sesi daring pada minggu pertama Februari 2024.
OPEC+ juga memulai babak baru dalam pengurangan produksi pada Januari 2024, meskipun para pedagang masih skeptis terhadap efektivitas langkah tersebut untuk melakukan pencegahan surplus global.
Di negara lain, China telah mempercepat penerbitan kuota impor minyaknya pada tahun ini, dengan alokasi besar yang ditempatkan pada perusahaan penyulingan dan pedagang swasta, yang hampir menyamai seluruh tunjangan yang diberikan sepanjang tahun lalu.
Pabrik penyulingan China juga lambat dalam mengambil kargo spot dalam beberapa bulan terakhir karena kurangnya kuota. Pasar juga sedang menunggu untuk melihat apakah hal tersebut dapat meningkatkan pembelian.