Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Selasa, 12 Agustus Dibuka Melemah 0,03%

Rupiah melemah 0,03% ke Rp16.285 per dolar AS pada 12 Agustus 2025, dipengaruhi tarif AS-Tiongkok dan ketegangan geopolitik. IMF proyeksi ekonomi Indonesia naik.
Pegawai menunjukan mata uang dolar AS dan rupiah di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Selasa (15/7/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menunjukan mata uang dolar AS dan rupiah di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Selasa (15/7/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah dibuka melemah terhadap dolar AS dalam pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (12/8/2025).

Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.05 WIB, rupiah melemah 0,03% ke level Rp16.285 terhadap dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS juga mengalami kontraksi 0,02% menjadi 98,49.

Sejumlah mata uang negara Asia yang juga melemah terhadap dolar AS antara lain adalah yen Jepang yang koreksi 0,08%, dolar Taiwan koreksi 0,01%, dan peso Filipina koreksi 0,26%.

Sebaliknya, mata uang negara Asia yang menguat terhadap dolar AS antara lain seperti dolar Singapura yang menguat 0,07%, won Korea Selatan menguat 0,13%, yuan Tiongkok menguat 0,02%, ringgit Malaysia menguat 0,03%, dan bath Thailand yang menguat 0,12%.

Sebelumnya, pengamat forex Ibrahim Assuaibi memprediksi nilai tukar rupiah dalam perdagangan hari ini akan bergerak fluktuatif, namun ditutup melemah dalam rentang Rp16.270 hingga Rp16.320 per dolar AS.

Dalam penutupan perdagangan kemarin, rupiah menguat ke level Rp16.279,50 per dolar AS, atau naik 0,08%. Sementara itu, indeks dolar AS menguat 0,01% ke 98,18.

Ibrahim menjelaskan sentimen luar negeri yang mempengaruhi pergerakan rupiah adalah adanya penerapan tarif AS terhadap Tiongkok yang baru akan berlaku pada 12 Agustus 2025. Menurutnya hal ini akan memberikan ketidakpastian hasil perundingan kedua negara. 

Kondisi itu kemudian direspons dengan adanya lonjakan ekspor dari Tiongkok pada minggu lalu sebesar 7,2% year on year (YoY) untuk bulan Juli. Hal ini menunjukkan bahwa para eksportir bergegas untuk mengirimkan barang sebelum penerapan tarif baru.

Sentimen global lainnya adalah harapan pasar terhadap kemungkinan berakhirnya sanksi yang membatasi pasokan minyak Rusia ke pasar internasional. Harapan itu kian meningkat seiring rencana pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 15 Agustus mendatang. 

Sementara dari dalam negeri, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 kembali meningkat menjadi 4,8%. Sebelumnya, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,7% pada 2025. Revisi IMF dinilai sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia, yang pada 2025 menjadi 3%, naik 0,2 poin. Dan pada 2026 mencapai 3,1%, naik 0,1 poin dibandingkan proyeksi April 2025. 

Sebaliknya, IMF menilai bahwa ketegangan geopolitik saat ini mampu melemahkan pertumbuhan ekonomi, mengganggu rantai pasok global, hingga membuat harga komoditas naik.

“Meski begitu, proyeksi pertumbuhan ekonomi global saat ini disinyalir dapat meningkat, asalkan terdapat kebijakan yang mampu menciptakan kepercayaan, prediktabilitas, dan keberlanjutan dalam meredam ketegangan dan menjaga stabilitas harga,” kata Ibrahim, Senin (11/8/2025). 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro