Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memiliki potensi penguatan setelah data inflasi AS menunjukkan penurunan.
Kemarin, nilai tuka rupiah ditutup menguat ke level Rp15.694 per dolar AS pada perdagangan, Selasa, (14/11/2023). Mata uang kawasan Asia terpantau bervariasi, namun dolar AS justru terpukul pada sore ini.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 0,04% atau 6,5 poin ke level Rp15.694 per dolar AS, setelah ditutup lesu pada perdagangan kemarin. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau melemah ke posisi 105,59 pada sore ini.
Beberapa mata uang Asia yang masih kebal terhadap dolar AS, misalnya yen Jepang menguat 0,06%, dolar Hongkong naik 0,02%, dan rupee India yang terapresiasi 0,02%.
Sementara itu, mata uang Asia yang melemah terhadap dolar AS yakni dolar Singapura melemah 0,11%, dolar Taiwan turun 0,08%, won Korea anjlok 0,30%, peso Filipina turun tipis 0,01%, yuan China melemah 0,07%, baht Thailand dan ringgit Malaysia masing-masing terkoreksi 0,29% dan 0,23%.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, perhatian pasar tertuju pada data inflasi indeks harga konsumen utama (CPI) AS waktu setempat.
Baca Juga
"Angka tersebut diperkirakan menunjukkan penurunan inflasi hingga bulan Oktober, setelah inflasi meningkat melampaui ekspektasi selama dua bulan terakhir," ujar Ibrahim dalam riset pada Selasa, (14/11/2023).
Hal itu seiring dengan proyeksi para pejabat Bank Sentral AS Federal Reserve yang memperingatkan bahwa inflasi tinggi akan menjadi dorongan untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut dan diprediksi melemahkan aset-aset berisiko.
Di lain sisi, kekhawatiran pasar terhadap ekonomi China juga membebani sentimen regional, karena data menunjukkan perlambatan lebih lanjut dalam aktivitas pinjaman di negara tersebut hingga Oktober 2023. Likuiditas Negeri Tirai Bambu juga mengalami penurunan meskipun ada langkah-langkah stimulus baru dari pemerintah.
Dari sentimen domestik, menurutnya Bank Indonesia (BI) melihat peluang sejumlah indikator ekonomi makro mungkin melemah pada 2024. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan diperkirakan akan berada di kisaran 5% year-on-year (yoy).
Ibrahim mengatakan, proyeksi pertumbuhan ekonomi itu lebih lambat jika dibandingkan dengan prognosa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 dalam Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI) 2023 yang sebesar 5,01% yoy.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp15.650 hingga Rp15.750," pungkas Ibrahim.
Indeks dolar, yang mengukur mata uang terhadap sejumlah mata uang lainnya, terakhir berada di 104,14, tidak jauh dari level terendah dua bulan pada hari Selasa di 103,98.
Dolar anjlok pada hari Rabu setelah merosot semalam karena pembacaan inflasi AS yang secara mengejutkan lebih lemah mendukung spekulasi bahwa Federal Reserve telah mencapai akhir dari siklus pengetatan moneternya.
Sementara itu, yuan Tiongkok di luar negeri mendapat dukungan setelah output industri dalam negeri dan pertumbuhan penjualan ritel mengalahkan ekspektasi.
Data aktivitas secara umum tampaknya menjadi "bukti lebih lanjut dari kemajuan yang sangat lambat" dalam perekonomian Tiongkok, kata Rob Carnell, Kepala Riset Asia-Pasifik dan Kepala Ekonom di ING.