Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Menguat ke Rp15.694, Dolar AS Terpukul Jelang Rilis Data Inflasi

Rupiah ditutup menguat ke level Rp15.694 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Selasa, (14/11/2023). Sementara dolar AS terpukul jelang rilis data inflasi.
Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (30/8/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (30/8/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berhasil ditutup menguat ke level Rp15.694 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Selasa, (14/11/2023). Mata uang kawasan Asia terpantau bervariasi, namun dolar AS justru terpukul pada sore ini.

Berdasarkan data Bloomberg dikutip Selasa, (14/11/2023) pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup menguat 0,04% atau 6,5 poin ke level Rp15.694 per dolar AS, setelah ditutup lesu pada perdagangan kemarin. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau melemah ke posisi 105,59 pada sore ini.

Beberapa mata uang Asia yang masih kebal terhadap dolar AS, misalnya yen Jepang menguat 0,06%, dolar Hongkong naik 0,02%, dan rupee India yang terapresiasi 0,02%.

Sementara itu, mata uang Asia yang melemah terhadap dolar AS yakni dolar Singapura melemah 0,11%, dolar Taiwan turun 0,08%, won Korea anjlok 0,30%, peso Filipina turun tipis 0,01%, yuan China melemah 0,07%, baht Thailand dan ringgit Malaysia masing-masing terkoreksi 0,29% dan 0,23%.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, perhatian pasar tertuju pada data inflasi indeks harga konsumen utama (CPI) AS yang dirilis pada Selasa, (14/11/2023) waktu setempat.

"Angka tersebut diperkirakan menunjukkan penurunan inflasi hingga bulan Oktober, setelah inflasi meningkat melampaui ekspektasi selama dua bulan terakhir," ujar Ibrahim dalam riset pada Selasa, (14/11/2023).

Hal itu seiring dengan proyeksi para pejabat Bank Sentral AS Federal Reserve yang memperingatkan bahwa inflasi tinggi akan menjadi dorongan untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut dan diprediksi melemahkan aset-aset berisiko.

Di lain sisi, kekhawatiran pasar terhadap ekonomi China juga membebani sentimen regional, karena data menunjukkan perlambatan lebih lanjut dalam aktivitas pinjaman di negara tersebut hingga Oktober 2023. Likuiditas Negeri Tirai Bambu juga mengalami penurunan meskipun ada langkah-langkah stimulus baru dari pemerintah.

Dari sentimen domestik, menurutnya Bank Indonesia (BI) melihat peluang sejumlah indikator ekonomi makro mungkin melemah pada 2024. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan diperkirakan akan berada di kisaran 5% year-on-year (yoy).

Ibrahim mengatakan, proyeksi pertumbuhan ekonomi itu lebih lambat jika dibandingkan dengan prognosa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 dalam Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI) 2023 yang sebesar 5,01% yoy.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup menguat di rentang  Rp15.650 hingga Rp15.750," pungkas Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper