Bisnis.com, JAKARTA – PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. memprioritaskan aksi pelepasan (spin off) lini bisnis fiber optik untuk memompa pendapatan dari jasa sewa kabel serabut tersebut.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Telkom Angelo Syailendra menyampaikan Telkom harus mengubah paradigma bisnis dari yang konvensional menjadi jasa penyedia layanan sektor telekomunikasi.
“Dulu Telkom sebagai raja, menguasai 60% bisnis telekomunikasi seluler dengan backbone Telkomsel, sekarang kita sekitar 45%-47% [ponsel],” ujarnya dalam media briefing di Jakarta, Senin (11/10/2025).
Menurutnya, orientasi bisnis perlu diubah dengan melihat perkembangan industri telekomunikasi saat ini. Emiten yang memiliki kode saham TLKM itu akan mendorong bisnis utama dari operator (operated holding) menjadi perusahaan strategis (strategic company).
Oleh sebab itu, sambungnya, sebagai pemilik jaringan kabel terpanjang di Indonesia, bahkan di kawasan Asia Tenggara, perseroan akan meningkatkan skala usaha di lini bisnis fiber optik.
Telkom tercatat memiliki jaringan kabel optik sepanjang 180.000 kilometer atau setara empat kali keliling bumi. Lini bisnis kabel optik itu akan dilepas ke anak usaha, PT Infrastruktur Telekomunikasi Indonesia (TelkomInfra) atau Fiber Co.
Baca Juga
“Secara resmi spin off kita lakukan Desember 2023, tapi aset belum ditransfer, manajemen sudah diberikan. Jadi nanti ketiban aset sudah enggak kaget, siap lari,” katanya.
Angelo menilai pelepasan aset ini menjadi penting karena untuk mendorong pendapatan perseroan. Apalagi, lanjutnya, nilai aset yang dimiliki Fiber Co itu nanti setara dengan Rp150 triliun.
Selama ini, tuturnya, jaringan fiber optik hanya melayani produk grup Telkom. Dia berharap ke depan bisnis jasa fiber optik mampu berkontribusi sebesar 15% terhadap pendapatan perseroan.
Apakah setelah spin off perseroan akan melakukan pelepasan saham di lantai bursa (IPO) seperti anak usaha pengelola tower PT Mitratel Tbk? Angelo enggan menjawab.
“Belum bisa komentar. Unlocking, view action.”
Berdasarkan laporan keuangannya, TLKM membukukan pendapatan sebesar Rp73 triliun. Pendapatan ini turun 3,04% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp75,29 triliun.
Pendapatan ini dikontribusi dari telepon sebesar Rp3,07 triliun dan interkoneksi Rp4,96 triliun. Lalu data, internet, dan jasa teknologi informatika senilai Rp44,25 triliun.
Kemudian pendapatan jaringan Rp1,84 triliun, IndiHome Rp13,25 triliun, dan layanan lainnya Rp4,14 triliun.
Di saat yang sama, TLKM mencatatkan sejumlah beban, seperti operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi sebesar Rp19,7 triliun, penyusutan dan amortisasi Rp16,19 triliun, karyawan Rp8 triliun, interkoneksi Rp4,19 triliun, umum dan administrasi Rp3,3 triliun, serta pemasaran Rp1,53 triliun.
Lalu, laba usaha TLKM tercatat turun 8,01% menjadi Rp19,9 triliun pada semester I/2025 dari Rp21,6 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Adapun laba bersih TLKM turun 6,68% menjadi Rp10,9 triliun pada semester I/2025, dari sebelumnya Rp11,7 triliun secara tahunan atau year-on-year (YoY).
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.