Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Perkasa Bareng Mata Uang Asia Lainnya, Dolar AS Keok

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat ke level Rp15.831 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Jumat (3/11/2023).
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat ke level Rp15.831 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Jumat (3/11/2023). Bisnis/Suselo Jati
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat ke level Rp15.831 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Jumat (3/11/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiahterhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat ke level Rp15.831 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Jumat (3/11/2023). Pergerakan mata uang Asia terpantau perkasa namun dolar AS justru terkoreksi pagi ini imbas putusan The Fed.  

Berdasarkan data Bloomberg dikutip Jumat, (3/11/2023) pukul 09.03 WIB, rupiah dibuka menguat 0,15% atau 23,5 poin ke level Rp15.831 per dolar AS, setelah ditutup menguat pada perdagangan kemarin. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau terkoreksi 0,05% ke posisi 106,17 pada pagi ini.  

Sejumlah mata uang Asia yang masih perkasa terhadap dolar AS misalnya, yen Jepang dan dolar Hongkong masing-masing menguat 0,01%, dolar Singapura menguat 0,05%, dolar Taiwan menguat 0,09% dan won Korea melejit 0,92%.

Selanjutnya, peso Filipina menguat 0,12%, rupee India naik 0,05%, ringgit Malaysia naik 0,04%, dan baht Thailand menguat 0,23%. Terpantau hanya yuan China yang melemah 0,06% terhadap dolar AS pagi ini.

Adapun, nilai tukar rupiah dan dolar AS masih dipengaruhi keputusan Bank Sentral AS Federal Reserve atau The Fed yang mempertahankan suku bunga acuan stabil dalam 22 tahun pada kisaran 5,25%-5,5% pada pertemuan kedua yang digelar pada 31 Oktober-1 November 2023.

Kemarin, Kamis, (2/11/2023), rupiah ditutup menguat 80,50 poin atau 0,51% menuju level Rp15.855 per dolar AS. Sementara itum indeks dolar AS melemah 0,47% ke 106,38.

Pengamat Pasar Keuangan, Ariston Tjendra mengatakan, dolar AS dalam tekanan turun pasca-pengumuman kebijakan moneter terbaru Bank Sentral AS. Menurutnya, sikap Fed yang tidak terlalu hawkish terhadap kebijakan suku bunga tinggi di masa yang akan datang mendorong pelemahan dolar AS.

"The Fed memang mengingatkan bahwa belum ada keinginan memangkas suku bunga acuan, dan masih membuka opsi kenaikan suku bunga di rapat yang akan datang. Tapi pernyataan The Fed ini bukanlah hal baru untuk pasar," ujar Ariston kepada Bisnis, dikutip Jumat, (3/11/2023).

Dia bilang, keputusan The Fed untuk sementara dimanfaatkan pelaku pasar untuk masuk kembali ke aset berisiko dengan kenaikan indeks saham AS dan Asia sehingga berpotensi mendorong penguatan rupiah terhadap dolar AS hari ini.

"Potensi penguatan ke arah Rp15.850-Rp15.830 dengan potensi resisten di kisaran Rp15.950," kata Ariston.

Setelah rapat The Fed, pelaku pasar akan kembali mencermati data-data ekonomi AS terbaru untuk memperoleh gambaran situasi ekonomi dan inflasi AS terbaru karena the Fed masih membuka peluang kenaikan suku bunga lagi.

Tak hanya itu, kondisi konflik di jalur Gaza dan perang antara Rusia dan Ukraina juga masih menjadi perhatian pelaku pasar, ekskalasi terbaru dapat mengguncang aset berisiko. Sedangkan dari dalam negeri, dia bilang situasi politik menjelang Pilpres juga bisa jadi perhatian pelaku pasar karena isu Mahkamah Konstitusi (MK) yang masih hangat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper