Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Melemah Nyaris Rp16.000, Korban Keganasan Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup makin melemah nyaris tembus Rp16.000 pada perdagangan hari ini, Senin (23/10/2023).
Warga memegang sejumlah uang rupiah di Pasar Petisah, Medan, Sumatra Utara pada Minggu (29/1/2023). - Bloomberg/Dimas Ardian
Warga memegang sejumlah uang rupiah di Pasar Petisah, Medan, Sumatra Utara pada Minggu (29/1/2023). - Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup makin melemah nyaris tembus Rp16.000 pada perdagangan hari ini, Senin (23/10/2023). Sederet mata uang kawasan Asia lainnya juga tergerus oleh dolar AS yang kian mengganas.

Berdasarkan data Bloomberg dikutip Senin, (23/10/2023) pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah 0,38% atau 61 poin ke level Rp15.933 per dolar AS, pelemahan rupiah menjadi yang terdalam dibanding mata uang Asia lainnya. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau menguat 0,04% ke posisi 106,20 pada sore ini. 

Mayoritas mata uang kawasan Asia terpantau melemah terhadap dolar AS, misalnya, yen Jepang melemah 0,03%, dolar Hongkong turun 0,01%, dolar Taiwan melemah 0,01%, dan won Korea terkoreksi 0,06%.

Selanjutnya, rupee India melemah 0,05%, yuan China melemah 0,04%, baht Thailand turun 0,01%, dan ringgit Malaysia ambles 0,29%. Di lain sisi, mata uang Asia yang masih kebal terhadap dolar AS yaitu dolar Singapura yang menguat tipis 0,01% dan peso Filipina yang stagnan.

Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong mengatakan, rupiah dan mata uang Asia pada umumnya melemah terhadap dolar AS di tengah sentimen risk off di pasar oleh imbal hasil obligasi AS yang kembali naik oleh kekhawatiran akan prospek suku bunga The Fed.

"Dolar AS diperkirakan masih akan kuat pekan ini, dengan investor mengantisipasi data ekonomi PDB AS kuartal III/2023 yang kuat serta pidato Ketua The Fed Jerome Powell," kata Lukman kepada Bisnis, Senin, (23/10/2023).

Dari sentimen domestik, menurut Lukman belum ada data ekonomi penting yang akan dirilis pada pekan ini, investor akan mencermati situasi politik dan polling Pilpres 2024.

Senada, Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan, ekspektasi suku bunga tinggi AS bertahan lebih lama mendorong penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya.

"Tingkat imbal obligasi pemerintah AS menanjak dari pagi ini. US Treasury Yield tenor 10 tahun sudah naik mendekati kisaran 5% sore ini," kata Ariston kepada Bisnis.

Tak hanya itu, eskalasi konflik di Timur Tengah antara Israel-Hamas juga menambah kekhawatiran pasar sehingga pelaku pasar masuk ke aset aman di dolar dan emas. Untuk pergerakan rupiah besok, Ariston beranggapan bahwa potensi pelemahan rupiah sangat mungkin terjadi ke level Rp16.000.

"Potensi rupiah melemah menyentuh Rp16.000 besok mungkin saja terjadi. Sedangkan potensi support di sekitar Rp15.880," pungkas Ariston.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper