Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah ke level Rp15.891 pada perdagangan hari ini, Senin (23/10/2023). Berbagai mata uang Asia lainnya juga dibuka melemah di tengah memanasnya konflik di Timur Tengah antara Israel-Hamas, di lain sisi, dolar AS justru menguat.
Berdasarkan data Bloomberg dikutip Senin, (23/10/2023) pukul 09.05 WIB, rupiah dibuka melemah 0,12% atau 19 poin ke level Rp15.891 per dolar AS, setelah ditutup lesu pada perdagangan akhir pekan lalu. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau menguat 0,05% ke posisi 106,21 pada pagi ini.
Sederet mata uang kawasan Asia terpantau melemah terhadap dolar AS, misalnya, baht Thailand melemah 0,19%, yuan China melemah 0,02%, sedangkan dolar Hongkong stagnan.
Adapun, ringgit Malaysia terus melemah 0,17% ke level 4,77 atau longsor ke level terendah sejak 1998. Sedangkan yen Jepang melemah tipis 0,01% sembari menanti intervensi dari Bank of Japan (BOJ).
Di lain sisi, beberapa mata uang Asia yang masih kebal terhadap dolar AS pagi ini yaitu dolar Singapura menguat tipis 0,01%, dolar Taiwan naik 0,13%, won Korea menguat 0,10%, peso Filipina naik 0,02%, dan rupee India menguat 0,14%.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai pelemahan nilai tukar rupiah yang terus merangkak mendekati Rp15.900 per dolar AS menjadi dampak dari memanasnya situasi geopolitik Timur Tengah. Kondisi ini telah menyebabkan sebagian besar pelaku usaha mewaspadai aset-aset berisiko.
Baca Juga
"Untuk perdagangan hari ini, Senin [23/10/2023], mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif dan berpotensi ditutup melemah ke rentang Rp15.860 hingga Rp15.940," kata Ibrahim dalam riset dikutip, Senin (23/10/2023).
Sementara itu, terdapat pengaruh dari komentar bernada dovish Ketua The Fed Jerome Powell yang mengatakan lonjakan imbal hasil atau yield obligasi AS telah membantu memperkuat kondisi keuangan sehingga mengurangi kebutuhan akan kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Pergerakan rupiah hari ini juga dipengaruhi oleh keputusan Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunga acuan ke 6% untuk menjaga kestabilan rupiah di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Di samping intervensi di pasar valuta asing (valas), lanjutnya, BI akan mempercepat upaya pendalaman pasar uang rupiah dan pasar valuta asing.