Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini diprediksi masih rentan terkoreksi, sekalipun memiliki peluang menuju level psikologis 7.000. Salah satu faktor penekan IHSG adalah nilai tukar rupiah yang belum meninggalkan level Rp15.700 per dolar AS.
Kemarin (12/10/2023), IHSG menguat 0,14 persen atau 9,56 poin ke level 6.932,75. Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak pada rentang 6.917,04 hingga 6.965,82. Tercatat sebanyak 274 saham menguat, 238 saham melemah, dan 241 saham bergerak di tempat. Adapun market cap berada pada level Rp10.507,63 triliun.
Analis Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan pola pergerakan IHSG terlihat sedang berusaha keluar dari rentang konsolidasi wajarnya namun gelombang tekanan masih akan membayangi IHSG hingga beberapa waktu mendatang mengingat sentimen negatif yang berasal dari luar negeri.
“Selain itu masih tercatatnya capital outflow secara year-to-date yang cukup signifikan serta masih melemahnya nilai tukar rupiah hingga saat ini turut memberikan sentimen negatif bagi IHSG,” kata William dalam risetnya, Kamis (12/10/2023)
Menurut William, masih cukup besarnya potensi koreksi wajar IHSG tetap perlu diwaspadai oleh para investor. IHSG hari ini diprediksi bergerak pada kisaran 6.789 – 6.978
Adapun saham-saham yang menjadi rekomendasi adalah PWON, BBRI, ITMG, JSMR, GGRM, BMRI, SMRA, dan BSDE.
Baca Juga
Sementara itu, rupiah kemarin ditutup menguat 0,25 persen ke Rp15.700 per dolar AS. Di sisi lain indeks dolar AS melemah 0,03 persen ke 105,85.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dolar sebagian besar berada dalam kisaran terbatas pada Rabu (11/10/2023), meskipun tetap terbebani oleh komentar Federal Reserve yang dovish.
Dari Amerika Serikat, indeks S&P 500 naik untuk sesi keempat berturut-turut. Saham-saham berkapitalisasi pasar besar menopang penguatan dengan saham Nvidia Corp. naik lebih dari 2 persen pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat.
Mengutip Bloomberg, Kamis (12/10/2023), saham Exxon Mobil Corp memimpin kerugian di saham energi setelah setuju untuk membeli Pioneer Natural Resources Co. Adapun saham produsen sandal Jerman Birkenstock Holding Plc merosot dalam debutnya di AS.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10-tahun turun sembilan basis poin menjadi 4,56 persen. Pada saat sama, indeks dolar AS mengalami penurunan beruntun terpanjang sejak Maret.
Presiden Fed Bank of Boston Susan Collins mengatakan para pejabat mengambil pendekatan yang lebih sabar saat ini karena suku bunga mendekati puncaknya. Rekan sejawatnya di Atlanta, Raphael Bostic, mengatakan bank sentral tidak perlu terus melakukan pengetatan kecuali penurunan inflasi mulai terhenti.
Sementara itu, Gubernur Fed Christopher Waller mencatat bahwa The Fed dapat mengawasi dan melihat apa yang terjadi sebelum mengambil tindakan lebih lanjut terhadap suku bunga seiring dengan pengetatan pasar keuangan.
Menurut Krishna Guha di Evercore, pernyataan Waller menegaskan banyak yang telah berubah sejak pertemuan The Fed di bulan September, ketika para pejabat sama sekali tidak fokus pada lonjakan imbal hasil obligasi yang terjadi pada saat pertemuan itu.
Para pejabat bank sentral bulan lalu sepakat bahwa kebijakan AS harus tetap bersifat restriktif untuk beberapa waktu guna terus meredam inflasi, sambil mencatat bahwa risiko-risiko telah menjadi lebih seimbang, menurut risalah rapat The Fed terbaru.
“The Fed mendekati akhir dari kampanye kenaikan suku bunganya dan peristiwa yang terjadi pada akhir pekan lalu kemungkinan memperkuat pandangan ini,” kata Jeffrey Roach, kepala ekonom di LPL Financial.
_______________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.