Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat (AS) di Wall Street, New York melanjutkan penguatan pada perdagangan Rabu (11/10/2023) waktu setempat karena para investor mengabaikan pembacaan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan. Pelaku pasar tetap fokus pada komentar pejabat Federal Reserve yang kurang hawkish.
Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (12/10/2023), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 0,19 persen atau 65,57 poin ke 33.804,87, S&P 500 menguat 0,43 persen atau 18,71 poin ke 4.376,95, dan Nasdaq menanjak 0,71 persen atau 96,83 poin ke 13.659,68.
S&P 500 naik untuk sesi keempat berturut-turut. Saham-saham berkapitalisasi pasar besar menopang penguatan dengan saham Nvidia Corp. naik lebih dari 2 persen.
Saham Exxon Mobil Corp memimpin kerugian di saham energi setelah setuju untuk membeli Pioneer Natural Resources Co. Adapun saham produsen sandal Jerman Birkenstock Holding Plc merosot dalam debutnya di AS.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10-tahun turun sembilan basis poin menjadi 4,56 persen. Pada saat sama, indeks dolar AS mengalami penurunan beruntun terpanjang sejak Maret.
Presiden Fed Bank of Boston Susan Collins mengatakan para pejabat mengambil pendekatan yang lebih sabar saat ini karena suku bunga mendekati puncaknya. Rekan sejawatnya di Atlanta, Raphael Bostic, mengatakan bank sentral tidak perlu terus melakukan pengetatan kecuali penurunan inflasi mulai terhenti.
Baca Juga
Sementara itu, Gubernur Fed Christopher Waller mencatat bahwa The Fed dapat mengawasi dan melihat apa yang terjadi sebelum mengambil tindakan lebih lanjut terhadap suku bunga seiring dengan pengetatan pasar keuangan.
Menurut Krishna Guha di Evercore, pernyataan Waller menegaskan banyak yang telah berubah sejak pertemuan The Fed di bulan September, ketika para pejabat sama sekali tidak fokus pada lonjakan imbal hasil obligasi yang terjadi pada saat pertemuan itu.
Para pejabat bank sentral bulan lalu sepakat bahwa kebijakan AS harus tetap bersifat restriktif untuk beberapa waktu guna terus meredam inflasi, sambil mencatat bahwa risiko-risiko telah menjadi lebih seimbang, menurut risalah rapat The Fed terbaru.
“The Fed mendekati akhir dari kampanye kenaikan suku bunganya dan peristiwa yang terjadi pada akhir pekan lalu kemungkinan memperkuat pandangan ini,” kata Jeffrey Roach, kepala ekonom di LPL Financial.
Para investor sekarang menunggu indeks harga konsumen (CPI) pada Kamis (12/10/2023) waktu setempat, yang akan dirilis setelah data menunjukkan harga produsen (PPI) naik lebih dari perkiraan pada September di tengah kenaikan biaya energi.
“CPI besok bisa memberikan gambaran yang berbeda, tapi PPI hari ini menunjukkan kita belum melihat akhir dari inflasi yang kaku dan suku bunga yang tinggi,” kata Mike Loewengart, kepala konstruksi portofolio model di Morgan Stanley Global Investment Office.
Bagaimanapun, lanjutnya, investor harus tetap bersabar. Menurunkan inflasi secara signifikan dari tingkat tertinggi tahun lalu adalah salah satu tantangannya, dan menurunkan inflasi ke tingkat target The Fed sebesar 2 persen adalah tantangan lain.
Para analis Wall Street meningkatkan perkiraan pendapatan perusahaan-perusahaan AS bahkan sebelum laporan keuangan mulai diumumkan, menandakan kemerosotan laba terburuk mungkin akan berakhir karena surutnya inflasi mengurangi tekanan pada sebagian besar industri.
Menurut data yang dihimpun Bloomberg Intelligence, hal ini mendorong indikator yang dikenal sebagai momentum revisi pendapatan ke wilayah positif dan jauh melampaui level terendah November 2022 yaitu negatif 70 persen. Ini adalah angka paling positif menjelang musim laporan pendapatan sejak kuartal pertama tahun 2022, dengan perkiraan baru-baru ini meningkat setelah para eksekutif perusahaan memberikan panduan terbaru.
Ahli strategi Bank of America Corp. memperkirakan perusahaan-perusahaan AS akan memberikan hasil keuangan yang jauh melampaui ekspektasi para analis, sehingga mendorong peningkatan estimasi pendapatan tahun 2023 seiring dengan dimulainya pemulihan pada musim pelaporan ini.
“Harapannya adalah untuk laju yang cukup besar,” tulis ahli strategi termasuk Ohsung Kwon dan Savita Subramanian.