Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini, Selasa (3/10/2023), Waspada Sentimen AS

Nilai tukar rupiah diprediksi kembali cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah AS terhindar dari government shutdown.
Nilai tukar rupiah diprediksi kembali cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah AS terhindar dari government shutdown. Bisnis/Arief Hermawan P
Nilai tukar rupiah diprediksi kembali cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah AS terhindar dari government shutdown. Bisnis/Arief Hermawan P
Live Timeline

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah diprediksi kembali cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan kuartal IV/2023.

Mata uang rupiah ditutup melemah 0,45 persen atau 70 poin ke posisi Rp15.530 di hadapan dolar AS pada Senin, (2/10/2023). Rupia ke posisi terlemah sejak 10 Januari 2023 di level Rp15.576 per dolar AS. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau naik 0,35 persen ke level 106,54.

Sepanjang 2023, nilai tukar rupiah pun sukar beranjak dari level Rp15.000, bahkan berisiko terus melemah hingga di atas Rp16.000 tanpa adanya intervensi dari Bank Indonesia (BI).

Analis Pasar Mata Uang dan Komoditas Lukman Leong mengatakan, rupiah dan mata uang utama dunia lainnya umumnya melemah terhadap dolar AS yang kembali menguat setelah pemerintah Joe Biden berhasil menghindari government shutdown.

"Rupiah khususnya tertekan oleh data yang menunjukkan moderasi pada inflasi, di mana kenaikan secara tahunan telah mendekati ambang batas bawah dari target range BI, memicu ekspektasi apabila BI akan menurunkan suku bunga," ujar Lukman kepada Bisnis, Senin, (2/10/2023).

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada September 2023 turun ke level 2,28 persen (year-on-year/yoy). Tren penurunan inflasi yang secara konsisten berlangsung sejak Maret 2023 ini juga mencatatkan level terendahnya dalam 19 bulan terakhir. Sementara itu, BI masih menahan suku bunga acuan di level 5,75 persen.

Kendati inflasi menurun, Lukman mengatakan pergerakan rupiah pekan ini masih akan tertekan, terutama menjelang rilis data ketenagakerjaan non-pertanian AS (non-farm payroll/NFP) September 2023 yang akan rilis pada Jumat, (6/10/2023).

"Pekan ini rupiah diperkirakan masih akan tertekan. Dengan investor mengantisipasi serangkaian data ekonomi dari AS seperti NFP dan cadangan devisa Indonesia yang diperkirankan akan menurun. Sentimen eksternal lain yang menekan rupiah adalah ekonomi di China yang sampai saat ini masih mengecewakan," kata dia.

Mengacu data Investing, data non-farm payroll periode Agustus 2023 sebanyak 187.000 pekerjaan. Namun, tingkat pengangguran melonjak secara tak terduga menjadi 3,8 persen dari 3,5 persen pada Juli, mencerminkan dampak dari suku bunga yang tinggi. Alhasil, Lukman memprediksi data NFP AS September lebih rendah dari Agustus 2023.

Dengan sederet sentimen tersebut, Lukman mengatakan rupiah berisiko melanjutkan tren pelemahan hingga akhir tahun, bahkan bisa tembus ke atas level Rp16.000 jika tidak adanya intervensi dari BI.

"Tanpa intervensi dari BI, rupiah berisiko naik di atas Rp16.000, saya melihat target realistis BI adalah mempertahankannya di bawah Rp16.000," pungkasnya.

Terhindar Government Shutdown

Setelah melalui jalur berliku dan perdebatan sengit, Pemerintahan Presiden Joe Biden, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Senat akhirnya menyepakati regulasi baru yang menghindarkan Negeri Paman Sam dari shutdown alias penutupan pemerintahan.

Adalah Rancangan Undang Undang (RUU) tentang Pendanaan yang menjadi penyelamat Joe Biden untuk tidak menutup layanan pemerintahan.

Aturan yang menambah pendanaan negara itu mampu mempertahankan seluruh aktivitas dan layanan pemerintahan, setidaknya hingga 45 hari ke depan atau hingga 17 November 2023.

Aturan itu pun amat menegangkan, karena ditempuh dengan proses panjang dan disepakati hanya beberapa menit sebelum 1 Oktober 2023, batas waktu dari ketahanan fiskal Amerika Serikat (AS) dalam menjalankan pemerintahan.

Sejalan dengan disepakatinya RUU tersebut, maka seluruh aparatur sipil negara tetap menerima upah, jutaan masyarakat terutama perempuan dan anak-anak memiliki akses terhadap bantuan nutrisi penting, dan layanan publik tetap beroperasi.

Hanya saja, RUU tersebut menganulir bantuan AS kepada Ukraina. Baik Senat maupun Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memandang saat ini urgensi politik anggaran AS adalah menjaga ekonomi domestik tetap solid, dan untuk sementara waktu mengesampingkan dinamika geopolitik di Eropa Timur.

Simak pergerakan rupiah hari ini secara live.

15:04 WIB
Rupiah ditutup melemah

Rupiah ditutup melemah 50 poin atau 0,32 persen menjadi Rp15.580 per dolar AS, bersama mata uang Asia lainnya yang tertekan.

Indeks dolar AS naik 0,12 persen ke level 107,027.

13:37 WIB
Rupiah masih tertekan

Pukul 13.35 WIB, rupiah turun 70 poin atau 0,45 persen menjadi Rp15.600 per dolar AS.

Indeks dolar AS naik 0,19 persen ke level 107,112.

10:48 WIB
Rupiah tembus Rp15.600

Pukul 10.45 WIB, rupiah melemah 75 poin atau 0,48 persen menjadi Rp15.605 per dolar AS.

Indeks dolar AS naik 0,22 persen ke level 107,134.

09:09 WIB
Rupiah dibuka melemah

Rupiah dibuka turun 62,5 poin atau 0,40 persen menjadi Rp15.592,5 per dolar AS pada pukul 09.01 WIB.

Indeks dolar AS naik 0,19 persen ke level 107,102.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper