Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditekuk Dolar AS ke posisi Rp15.530 usai Rilis Inflasi

Mata uang rupiah tergerus pada penutupan perdagangan hari ini, Senin (2/10/2023) saat BPS mengumumkan inflasi September sebesar 2,28 persen.
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Selasa (5/9/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Selasa (5/9/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah tergerus pada penutupan perdagangan hari ini, Senin (2/10/2023) saat BPS mengumumkan inflasi September sebesar 2,28 persen. 

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang rupiah ditutup melemah 0,45 persen atau 70 poin ke posisi Rp15.530 di hadapan dolar AS. Sementara itu indeks dolar terpantau hijau di posisi 105,962. 

Sejumlah mata uang bergerak bervariasi di hadapan dolar AS bersama rupiah. Yen Jepang melemah 0,25 persen, dolar Hong Kong melemah 0,02 persen, dolar Singapura melemah 0,21 persen, won Korea tergerus 0,29 persen, peso Filipina jatuh 0,36 persen, ringgit Malaysia turun 0,36 persen serta bath Thailand anjlok 0,87 persen. 

Sementara itu mata uang yang menguat di hadapan dolar AS yaitu yuan China menguat 0,19 persen, rupee India menguat 0,18 persen dan dolar Taiwan naik 0,06 persen. 

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan faktor pelemahan rupiah salah satunya adalah laporan inflasi oleh Badan Pusat Statistik (BPS). BPS mencatat, inflasi September 2023 sebesar 0,19 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Kemudian terjadi peningkatan IHK dari 115,22 menjadi 115,44. Setelah pada bulan Agustus 2023 Indeks Harga Konsumen (IHK) mencatat deflasi.

Penyumbang utama inflasi pada September 2023 adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Bila menilik komoditas penyumbang inflasi, BPS menyebut yang paling besar adalah inflasi beras. Kenaikan harga beras menyumbang inflasi sebesar 0,18 persen. Disusul dengan komoditas bensin dengan andil sebesar 0,06 persen terhadap inflasi.

Selain itu dalam laporan Global Economic Prospect (GEP) edisi Oktober 2023, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia naik ke level 5 persen sepanjang 2023. Ramalan tersebut naik tipis dari proyeksi per April 2023 di mana World Bank memprediksi ekonomi RI hanya tumbuh 4,9 persen. 

Sedangkan di tahun 2024, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap di level 4,9 persen. Proyeksi tersebut masih sama dengan outlook yang dikeluarkan Bank Dunia sebelumnya.  Walaupun Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di 2024 di atas 5 persen.

Berdasarkan laporan terbaru, pertumbuhan regional tahun ini lebih tinggi daripada pertumbuhan rata-rata yang diproyeksikan untuk semua pasar negara berkembang dan negara berkembang lainnya, tetapi lebih rendah daripada yang diproyeksikan sebelumnya. 

 Pertumbuhan di China pada tahun 2023 diproyeksikan sebesar 5,1 persen dan di kawasan yang tidak termasuk China sebesar 4,6 persen. Adapun, Pertumbuhan di antara Negara-negara Kepulauan Pasifik diperkirakan sebesar 5,2 persen.

Sementara itu, untuk perdagangan besok, Selasa (3/10/2023) Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang  Rp15.520- Rp15.600.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper