Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Rupiah Semakin Melorot hingga ke Rp15.520 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah ke level Rp15.520 pada perdagangan hari ini, Rabu (27/9/2023).
Karyawati menunjukkan mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (30/8/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawati menunjukkan mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (30/8/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah ke level Rp15.520 pada perdagangan hari ini, Rabu (27/9/2023). Rupiah ditutup melemah bersama mayoritas mata uang Asia lainnya.

Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah 0,19 persen ke Rp15.520,5 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS stagnan pada level 106,23.

Bersamaan dengan rupiah, dolar Singapura melemah 0,03 persen, won Korea Selatan melemah 0,05 persen, ringgit Malaysia melemah 0,32 persen, dan baht Thailand turun 0,40 persen.

Sementara itu, mata uang Asia lainnya seperti yen Jepang naik 0,03 persen, dolar Hong Kong naik 0,01 persen, peso Filipina naik 0,07 persen, rupee India naik 0,02 persen, dan yuan China naik 0,05 persen. 

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar AS bergerak stabil pada hari Rabu (27/9/2023) mendekati level tertinggi baru dalam 10 bulan di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga AS. Sementara itu, euro dan poundsterling jatuh ke posisi terendah dalam enam bulan. 

Menurut Ibrahim, sentimen datang dari nada hawkish dalam pertemuan Federal Reserve baru-baru ini telah dikonfirmasi oleh para pejabat Fed dalam beberapa hari terakhir, karena menandai kemungkinan bahwa bank sentral perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut setelah menghentikan siklus kenaikan suku bunga pada minggu lalu. 

Hal ini membuat imbal hasil Treasury AS melonjak dalam beberapa hari terakhir karena para pedagang menyesuaikan diri dengan kondisi moneter yang tetap ketat lebih lama dari perkiraan semula. 

Sementara itu, dari dalam negeri kenaikan harga minyak mentah dunia akibat dihentikannya ekspor bensin dan solar dari Rusia ke Eropa dan Inggris membuat harga bensin dan solar terus mengalami kenaikan. Dengan musim dingin yang akan datang sebentar lagi, hal tersebut membuat harga-harga komoditas lainnya ikut merangkak naik dan akan berdampak ke inflasi inti. 

"Begitu pula Indonesia yang masih impor minyak mentah, sehingga kebutuhan dolar untuk impor minyak mentah tersu meningkat akibat penguatan dolar," kata Ibrahim dalam risetnya, Rabu (27/9/2023). 

Di sisi lain pemerintah mengantisipasi permintaan dolar yang cukup besar di akhir kuartal III/2023, di mana banyak perusahaan yang listing di Bursa, baik perusahaan BUMN maupun swasta haru membagikan dividen ke investor. 

Periode pencairan dividen setiap tahunnya biasanya terjadi pada Mei dan September 2023. Permintaan dolar AS di dalam negeri akan meningkat 1-2 bulan sebelum pencairan dividen. 

"Ini juga yang menjadi alasan rupiah berada dalam tren pelemahan hingga saat ini," ujarnya.

Adapun Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan pekan depan, tetapi ditutup melemah di rentang Rp15.510-Rp15.580.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper