Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Indonesia telah menyepakati Asumsi Dasar Ekonomi Makro pada 2026, dengan target pertumbuhan ekonomi berada di level 5,2–5,6%. Mampukah target itu menyengat kinerja sektor konsumer domestik?
Adapun, target pertumbuhan ekonomi pada 2026 yang sudah ditetapkan itu lebih tinggi dibandingkan target pertumbuhan ekonomi pada 2025 sebesar 5,2%.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menerangkan, jika target pertumbuhan ekonomi tersebut mampu dicapai oleh pemerintah tentunya akan membantu penguatan kinerja emiten di sektor konsumer.
Hanya saja, Nafan memberikan catatan, pemerintah perlu untuk merealisasikan pertumbuhan investasi untuk membantu mendongkrak daya beli masyarakat yang selama ini tengah terpuruk.
“Ya tentu ini juga sangat esensial dalam mendongkrak tren kelas menengah. Soalnya kan tren kelas menengah masih mengalami penurunan,” katanya ketika dihubungi, Jumat (15/8/2025).
Adapun, target pertumbuhan ekonomi tersebut diharapkan mampu mendongkrak daya beli masyarakat, lewat bertambahnya kelas menengah di Tanah Air. Jika hal itu terjadi, bukan tidak mungkin emiten-emiten konsumer yang masih dibayangi pelemahan daya beli, menguat.
Meskipun begitu, Nafan turut menyoroti kinerja fundamental emiten-emiten konsumer Tanah Air. Menurutnya, sengatan target pertumbuhan ekonomi saja tidak cukup untuk membantu kinerja emiten. Diperlukan perbaikan kinerja secara fundamental bagi emiten-emiten konsumer untuk menyambut target tersebut.
“Yang penting pemerintah konsisten dan juga berkomitmen dalam menerapkan good governance, apalagi juga emiten juga berkomitmen dalam menerapkan good corporate governance, ya sehingga tentunya bisa memberikan katalis positif bagi peningkatan kinerja emiten,” tambah Nafan.
Selain itu, potensi penguatan emiten konsumer juga disebut mampu datang dari masuknya dana asing ke Tanah Air. Namun, Nafan menilai, kemungkinan itu harus dibarengi dengan perbaikan kinerja fundamental emiten terlebih dahulu.
Selain itu, Nafan menilai bahwa investor asing akan terlebih dahulu memperhatikan realisasi dari target pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Pada 2025 misalnya, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi hingga 5,2%.
“Misalnya kalau emiten sudah mulai menunjukkan pemulihan kinerja, terutama dari big caps, ya tentunya investor asing akan masuk,” katanya.
Di sektor konsumer, Nafan merekomendasikan accumulative buy terhadap saham PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA), dengan target harga Rp452 per lembar saham. Selain itu, Nafan juga merekomendasikan saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) dengan target harga Rp530 per lembar, dan PT Astra Otoparts Tbk. (AUTO) dengan target harga Rp2.420 per lembar.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.