Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja BUMN Karya Semester I/2023: WSKT, ADHI, PTPP, WIKA

Kinerja BUMN Karya PTPP, WSKT, WIKA, dan ADHI pada semester I/2023 bervariasi, terutama terkait raihan laba dan rugi.
Menteri BUMN Erick Thohir membeberkan rencana merger BUMN Karya di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (1/8/2023). Kinerja BUMN Karya PTPP, WSKT, WIKA, dan ADHI pada semester I/2023 bervariasi, terutama terkait raihan laba dan rugi. - BISNIS/Afiffah Rahmah Nurdifa
Menteri BUMN Erick Thohir membeberkan rencana merger BUMN Karya di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (1/8/2023). Kinerja BUMN Karya PTPP, WSKT, WIKA, dan ADHI pada semester I/2023 bervariasi, terutama terkait raihan laba dan rugi. - BISNIS/Afiffah Rahmah Nurdifa

Bisnis.com, JAKARTA – Empat emiten BUMN Karya, yakni PT Waskita Karya (Persero Tbk (WKST), PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI), PT PP (Persero) Tbk. (PTPP), dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) telah merilis laporan keuangan semester I/2023. 

Dari jumlah tersebut, tercatat hanya ADHI dan PTPP yang mampu membukukan laba bersih sepanjang enam bulan pertama tahun ini. Adapun keuangan WSKT dan WIKA masih berdarah-darah lantaran rugi yang membengkak selama periode tersebut. 

Kinerja BUMN Karya Semester I/2023

 1. Waskita Karya (WSKT)

PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) mencatatkan peningkatan rugi bersih sebesar 776 persen, atau dari posisi Rp236,51 miliar menjadi Rp2,07 triliun sepanjang enam bulan pertama tahun ini. 

Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2023, perseroan mencatatkan pendapatan sebesar Rp5,27 triliun pada semester I/2023. Jumlah tersebut menurun 13,43 persen year-on-year (YoY), atau dari posisi sebelumnya sebesar Rp6,09 triliun. 

Perinciannya, pendapatan dari segmen konstruksi terkoreksi 19,25 persen menjadi Rp4,34 triliun, sementara pendapatan dari bunga jasa konstruksi sebesar Rp23,85 miliar, turun 25,5 persen YoY.

Selain itu, pendapatan properti terpantau melemah 19,25 persen YoY ke Rp83,91 miliar, dan pendapatan infrastruktur ambles 33,82 persen YoY menjadi Rp28,75 miliar. 

Pada saat yang sama, beban pokok pendapatan yang dibukukan perseroan tercatat sebesar Rp4,81 triliun, menurun 11,47 persen secara tahunan. Hal ini diakibatkan mayoritas beban pokok yang berasal dari jasa konstruksi mengalami penurunan. 

Semisal, beban pendapatan dari bahan baku turun 9,30 persen YoY menjadi Rp1,63 triliun, disusul beban subkontraktor yang mencapai Rp1,35 triliun atau terkoreksi 25,82 persen YoY, dan beban tidak langsung menurun 13,38 persen menjadi Rp924,83 miliar. 

Melalui perolehan pendapatan dan beban tersebut, Waskita mengakumulasikan laba kotor sepanjang paruh pertama 2023 sebesar Rp462,58 miliar atau terkoreksi 29,61 persen YoY. 

Namun, setelah dikurangi berbagai beban, perseroan tercatat membukukan rugi. Sampai dengan akhir Juni lalu, WSKT membukukan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan mencapai Rp2,07 triliun, meningkat hingga 776,26 persen dibandingkan periode tahun lalu. 

 

2. Adhi Karya (ADHI)

Sepanjang enam bulan pertama tahun ini, ADHI melaporkan pendapatan usaha sebesar Rp6,35 triliun. Perolehan ini naik 0,45 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian per 30 Juni 2023, pendapatan usaha ADHI ditopang segmen investasi dan konsesi yang melesat 45,82 persen year-on-year (YoY) atau dari Rp273,36 miliar menjadi Rp398,62 miliar pada semester I/2023.

Selain itu, pendapatan usaha yang bersumber dari manufaktur mencapai Rp454,96 miliar atau tumbuh 21,05 persen YoY. Capaian ini diikuti segmen properti dan pelayanan yang turut membukukan kenaikan sebesar 25,88 persen menjadi Rp303,53.

Dari pos pendapatan ini, tercatat hanya segmen teknik dan konstruksi yang mengalami pelemahan sebesar 1,33 persen secara tahunan menjadi Rp5,19 triliun pada semester I/2023.

Selaras dengan kenaikan pendapatan, beban pokok pendapatan ADHI juga terkerek 1,32 persen secara tahunan menjadi Rp5,7 triliun. Alhasil laba kotor yang diakumulasikan perseroan pada semester pertama tahun ini sebesar Rp653,32 miliar atau turun 6,58 persen YoY.

Sementara itu, setelah diakumulasikan dengan sejumlah pendapatan dan beban lain, ADHI mencatatkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp12,41 miliar. Jumlah ini meningkat 21,31 persen dibandingkan semester I/2022.

 

3. PTPP

PTPP membukukan peningkatan laba bersih meski pendapatan turun menjadi Rp8,04 triliun sepanjang semester I/2023. Pendapatan PTPP tercatat turun sebesar 11 persen menjadi Rp8,04 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp9,02 triliun.  

Raihan pendapatan tersebut ditopang oleh jasa konstruksi sebesar Rp6,42 triliun turun dibandingkan dengan semester I/2022 yang tercatat sebesar Rp7,13 triliun, lalu pendapatan dari segmen properti dan real estate tercatat sebesar Rp391,14 miliar,

Selain itu, segmen EPC menyumbang pendapatan Rp930,14 miliar, segmen energi Rp76,64 miliar, persewaan peralatan mencapai Rp65,90 miliar, pendapatan atas konstruksi aset keuangan konsesi sebesar Rp142,25 miliar, serta segmen pracetak sebesar Rp19,35 miliar.  

Seiring dengan penurunan pendapatan usaha, beban pokok juga berkurang menjadi Rp6,90 triliun atau turun 11 persen. Alhasil laba kotor tercatat Rp1,14 triliun atau turun 6,65 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp1,22 triliun.  

Setelah dikurangi berbagai beban lain, laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp96,41 miliar atau naik 10,87 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp86,96 miliar. 

 

4. Wijaya Karya (WIKA)

WIKA mencatatkan peningkatan rugi komprehensif yang dapat diatribusikan kepada entitas induk, dari posisi Rp13,32 miliar pada tahun lalu menjadi Rp1,8 triliun pada semester I/2023.

Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian per 30 Juni 2023, sejatinya WIKA masih mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp9,25 triliun sepanjang enam bulan pertama tahun ini. Jumlah tersebut tumbuh sebesar 28,81 persen year-on-year (YoY).

Perolehan pendapatan WIKA pada semester I/2023 bersumber dari penjualan segmen infrastruktur dan bangunan gedung yang mencapai 52 persen, disusul dengan industri mencapai 24 persen, EPCC 18 persen dan realti properti mencapai 8 persen.

Namun, pada saat bersamaan, beban pokok pendapatan juga terkerek 29,25 persen YoY atau dari posisi Rp6,55 triliun pada semester I/2022 menjadi Rp8,47 triliun tahun ini. Alhasil akumulasi laba kotor mencapai Rp779,03 miliar, naik 24,20 persen secara tahunan.

Tak berhenti di sana, emiten BUMN Karya ini juga membukukan sejumlah beban lain. Semisal, beban dari pendanaan yang meningkat dari Rp550,22 miliar menjadi Rp1,23 triliun pada semester I/2023. Hal ini pun membuat rugi sebelum pajak penghasilan mencapai Rp1,98 triliun.

Di sisi lain, aset WIKA menurun 0,10 persen secara tahunan menjadi Rp72,17 triliun pada semester I/2023. Adapun liabilitas mencapai Rp56,70 triliun atau naik 3,44 persen YoY, sementara ekuitas perseroan menyusut 11,24 persen YoY menjadi Rp15,47 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper