Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bukan Cuma Emas, Harga Minyak Juga Tertekan Rencana The Fed

Selain harga emas yang tertekan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed, harga minyak mentah juga turut terimbas.
Selain harga emas yang tertekan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed, harga minyak mentah juga turut terimbas. /Bloomberg
Selain harga emas yang tertekan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed, harga minyak mentah juga turut terimbas. /Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Selain harga emas yang tertekan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed pada bulan ini, harga minyak mentah juga turut terimbas.

Harga minyak pada Senin (10/7/2023) turun karena investor mengambil keuntungan menyusul pertumbuhan material di sesi sebelumnya di tengah meningkatnya kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed AS.

Kenaikan suku bunga The Fed berpotensi mengerek nilai dolar AS. Oleh karena itu, komoditas yang menggunakan greenback seperti emas dan minyak berisiko tertekan karena menjadi lebih mahal bagi konsumen yang menggunakan mata uang lain. Hal itu menekan prospek harga komoditas dari sisi permintaan.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus tergelincir 87 sen atau 1,18 persen menjadi US$72,99 per barel di New York Mercantile Exchange. Harga minyak mentah Brent untuk pengiriman September merosot 78 sen atau 0,99 persen menjadi US$77,69 per barel di London ICE Futures Exchange.

Vladimir Zernov, analis pemasok informasi pasar FX Empire, mengatakan harga minyak lesu karena para pedagang mengambil beberapa keuntungan di dekat ujung atas kisaran perdagangan multi-bulan, mengutip Antara.

Harga minyak mentah melemah karena meningkatnya kekhawatiran bahwa prospek pertumbuhan global semakin buruk dari hari ke hari, kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, pemasok layanan perdagangan daring multi-aset.

Minyak akan berjuang pekan ini jika pembacaan inflasi di Amerika Serikat mendukung kasus hawkish untuk beberapa kenaikan suku bunga lagi, sementara produksi industri kawasan euro tetap lesu, menurut Moya.

"Saya pikir itu proyeksi yang sangat masuk akal untuk mengatakan beberapa kenaikan suku bunga lagi akan diperlukan untuk menurunkan inflasi," kata Presiden Federal Reserve San Francisco Mary Daly pada Senin (10/7/2023).

Suku bunga yang lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.

Namun, permintaan minyak dari China dan negara-negara berkembang, dikombinasikan dengan pengurangan pasokan OPEC+, kemungkinan akan membuat pasar tetap ketat pada paruh kedua tahun ini meskipun ekonomi global sedang lesu, kata kepala Badan Energi Internasional (IEA).

Monex Investindo Futures dalam laporannya menyebutkan pekan lalu, OPEC+ nampak mengukuhkan rencana Arab Saudi dan Russia untuk memangkas tingkat produksi harian minyak mereka, yang sempat menopang naik harga minyak.

"Tetapi pelaku pasar juga mengawasi sentimen kebijakan moneter bank sentral AS yang menjaga minat pasar pada dolar AS," jelas Monex.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper