Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Perkasa, Rupiah Dibuka Melemah Susul Mata Uang Asia Lain

Rupiah melemah 0,25 persen ke Rp14.978 pada pembukaan perdagangan hari ini. Semetara dolar AS terpantau menguat 0,09 persen ke level 101,94.
Ilustrasi utang pemerintah Indonesia dalam mata uang rupiah dan dolar AS. JIBI/Himawan L Nugraha. rn
Ilustrasi utang pemerintah Indonesia dalam mata uang rupiah dan dolar AS. JIBI/Himawan L Nugraha. rn

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah dibuka melemah ke Rp14.978 per dolar AS pada perdagangan awal pekan, Senin (19/6/2023). Rupiah sebelumnya mengakhiri perdagangan pekan lalu dengan penguatan 0,09 persen ke level Rp14.940 per dolar AS.

Mengutip data Bloomberg pukul 09.05 WIB, nilai tukar rupiah melemah 0,25 persen atau 38 poin ke Rp14.978 per dolar AS. Penguatan rupiah terjadi ketika indeks dolar menguat 0,09 persen ke level 101,94.

Bersama dengan rupiah, mayoritas mata uang Asia melemah terhadap greenback. Won Korea Selatan menjadi yang paling dalam mengalami koreksi dengan penurunan sebesar 0,83 persen. Kemudian disusul dolar Taiwan sebesar 0,26 persen dan yuan China melemah 0,25 persen.

Jepang juga melemah 0,05 persen terhadap dolar AS, lalu peso Filipina melemah 0,12 persen dan baht Thailand turun 0,16 persen.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi telah memperkirakan rupiah akan dibuka fluktuatif, tetapi melemah di rentang Rp14.920-Rp15.000 pada perdagangan hari ini.

Dia mengatakan dolar menguat terhadap mata uang lainnya dan mengalami rebound setelah sempat turun menyusul data ekonomi yang lemah.

Dolar mendapat dorongan pekan lalu ketika Federal Reserve AS memperkirakan setidaknya dua kenaikan suku bunga akan terjadi lagi pada tahun ini. Akan tetapi, sejumlah rilis ekonomi AS yang lemah, termasuk produksi industri yang melambat dan penjualan ritel yang lesu, menimbulkan pertanyaan tentang seberapa tinggi The Fed dapat menaikkan suku bunga.

Dari dalam negeri, pelaku pasar merespons positif data neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2023 tercatat surplus sebesar US$436,5 juta, lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada April 2023 sebesar US$3,94 miliar.

Menyikapi hal tersebut, Bank Indonesia (BI) memandang perkembangan ini positif bagi upaya untuk terus menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia. BI terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas lain guna terus meningkatkan ketahanan eksternal dan mendukung pemulihan ekonomi nasional.

Lebih lanjut, surplus neraca perdagangan Mei 2023 terutama didorong oleh surplus neraca perdagangan nonmigas sedangkan neraca perdagangan migas mencatat defisit US$1,82 miliar. Surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat sebesar US$2,26 miliar, menurun dibandingkan dengan surplus nonmigas bulan sebelumnya sebesar US$5,63 miliar.Hal ini sejalan dengan kenaikan ekspor nonmigas di tengah peningkatan impor nonmigas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper