Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pelayaran terafiliasi Tommy Soeharto, PT GTS Internasional Tbk. (GTSI) memperkirakan baru bisa membagikan dividen minimal 2 tahun lagi.
melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Selasa (6/6/2023) dan memutuskan untuk tidak membagikan dividen untuk tahun buku 2022.
Direktur Utama GTSI Tammy Meidharma mengatakan berdasarkan aturan dalam Pasal 71 UU Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007, Manajemen GTSI mengusulkan kepada Pemegang Saham dan Kuasa Pemegang Saham untuk tidak membagikan Dividen.
"Sebagaimana ketentuan Pasal 71 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dividen dibagikan dalam kondisi laba positif. Sementara pada 2022 Perseroan masih membukukan saldo laba negatif," jelasnya.
Tammy menambahkan, GTSI kemungkinan baru bisa membayarkan dividen dalam waktu sekitar dua atau tiga tahun lagi. Mengutip laporan keuangan GTSI sampai per akhir 2022, perseroan mencatatkan pendapatan US$41,22 juta atau setara dengan Rp642,80 miliar.
Jumlah tersebut naik 34,02 persen dari tahun sebelumnya di US$30,75 juta. Peningkatan pendapatan bersumber dari kenaikan pendapatan untuk jasa sewa kapal menjadi senilai US$28,16 juta dari tahun sebelumnya US$20,03 juta.
Baca Juga
Sementara itu, pendapatan dari sewa kapal untuk unit penyimpanan dan regasifikasi pada 2022 mencapai US$12,44 juta. Adapun, laba bersih yang diperoleh Perseroan pada 2022 senilai US$2,66 juta atau setara dengan Rp41,48 miliar, berbalik dari rugi bersih tahun sebelumnya US$1,15 juta.
GTSI mencatat total aset mengalami penurunan dari akhir 2021 sebesar US$128,68 juta menjadi US$123,80 juta pada akhir 2022. Hal ini didukung oleh penurunan liabilitas dan kenaikan ekuitas.
Pada perdagangan Selasa (6/6/2023), harga saham GTSI terpantau stagnan di posisi Rp52 per saham. Sepanjang 2023 berjalan, harga sahamnya turun 1,89 persen. Sementara itu, secara year-on-year (yoy) harga saham GTSI juga masih mencatat penurunan 11,86 persen.