Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Menguat 4 Hari Beruntun Imbas Jatuhnya Dolar AS

Harga emas ditutup menguat 0,68 persen ke US$1.995,50 pada perdagangan Kamis (1/6/2023), memperpanjang kenaikan 4 hari secara beuntun imbas jatuhnya dolar AS.
Aneka emas batangan beragam ukuran dan bentuk. Harga emas dunia mendekati level US$2.000 per troy ounce dan diperkirakan akan terus menguat seiring dengan pelemahan dolar AS./Bloomberg
Aneka emas batangan beragam ukuran dan bentuk. Harga emas dunia mendekati level US$2.000 per troy ounce dan diperkirakan akan terus menguat seiring dengan pelemahan dolar AS./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas menguat pada penutupan perdagangan Kamis (1/6/2023), memperpanjang kenaikan untuk hari keempat berturut-turut bersiap untuk mencatat mingguan terbaiknya sejak Maret, karena dolar jatuh menyusul melemahnya lapangan kerja AS dan data manufaktur yang mengindikasikan jeda kenaikan suku bunga pada pertemuan Fed bulan ini.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, melonjak 13,40 dolar AS atau 0,68 persen menjadi ditutup pada 1.995,50 dolar AS per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sesi di 2.000,70 dolar AS dan terendah di 1.970,10 dolar AS.

Pada perdagangan sesi sebelumnya, emas berjangka terkerek 5 dolar AS atau 0,25 persen menjadi 1.982,10 dolar AS pada Rabu (31/5/2023), setelah naik 14,00 dolar AS atau 0,71 persen menjadi 1.977,10 dolar AS pada Selasa (30/5/2023), dan terdongkrak 60 sen atau 0,03 persen menjadi 1.944,30 dolar AS pada Jumat (26/5/2023).

Bursa Comex ditutup pada Senin (29/5/2023) untuk libur Memorial Day. Untuk minggu ini, emas melihat pengembalian 2,6 persen, terbesar sejak minggu hingga 10 Maret.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, mengalami penurunan satu hari terbesar sejak 10 Maret, tergelincir 0,7 persen, ke level terendah sesi di 103,435. Penurunan terjadi setelah laporan industri menunjukkan PHK di sektor teknologi, ritel, dan otomotif AS melonjak bulan lalu karena keseluruhan perekrutan berada di level terendah sejak 2016.

Dolar juga turun karena Patrick Timothy Harker, salah satu pembuat kebijakan Fed dan presiden Federal Reserve untuk wilayah Philadelphia, mengatakan pada Kamis (1/6/2023) bahwa bank sentral "setidaknya harus melewatkan kenaikan suku bunga pada Juni."

Pasar sedang menunggu laporan pekerjaan bulanan yang akan dirilis Jumat, yang akan meletakkan dasar bagi aksi harga emas.

Data ekonomi yang dirilis Kamis (1/6/2023) beragam. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa klaim awal AS untuk tunjangan pengangguran negara itu naik 2.000 menjadi 232.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 27 Mei.

Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur AS dari S&P Global yang disesuaikan secara musiman membukukan 48,4 pada Mei, turun dari 50,2 pada April, tetapi secara umum sejalan dengan perkiraan 'flash' yang dirilis sebelumnya sebesar 48,5.

The Automated Data Processing Inc (ADP) mengatakan dalam Laporan Ketenagakerjaan Nasional-nya bahwa pekerjaan sektor swasta tumbuh sebesar 278.000 pada Mei, jauh di depan perkiraan pasar sebesar 170.000.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa produktivitas sektor bisnis nonpertanian AS turun 2,1 persen pada kuartal pertama tahun ini, penurunan yang lebih kecil dari penurunan yang dilaporkan sebelumnya sebesar 2,7 persen.

Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa pengeluaran AS untuk proyek konstruksi naik 1,2 persen pada April menjadi 1,91 triliun dolar AS. Pasar mengharapkan belanja konstruksi naik 0,1 persen pada April.

"Harga emas menikmati beberapa data AS yang lemah yang menurunkan peluang kenaikan suku bunga Fed," kata Ed Moya, analis di platform perdagangan daring OANDA dikutip Antara.

"Jika laporan pekerjaan AS tidak mengesankan, itu bisa menjadi katalisator yang membawa emas kembali ke atas level 2.000 dolar AS," sambungnya.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli naik 40 sen atau 1,70 persen, menjadi ditutup pada 23,987 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli terangkat 11,10 dolar AS atau 1,11 persen, menjadi menetap pada 1.010,10 dolar AS per ounce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper