Bisnis.com, JAKARTA — PT Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo menurunkan peringkat sejumlah utang obligasi dan sukuk mudharabah emiten BUMN karya PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA). Pefindo merevisi outlook dari stabil menjadi negatif untuk utang WIKA.
Berdasarkan ikhtisar peringkat, Pefindo menurunkan peringkat Obligasi Berkelanjutan (SR) I, II, III, dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I, II, III dari idA menjadi idBBB. Penurunan peringkat tersebut mencerminkan keuangan WIKA yang lemah.
Hal ini ditunjukkan oleh struktur permodalan yang sangat agresif dan likuiditas yang lemah untuk memenuhi kewajiban utang jangka pendek yang akan jatuh tempo.
Lemahnya keuangan WIKA disebabkan oleh siklus kas operasi WIKA yang memanjang dan belanja modal yang tinggi dari investasinya. WIKA lantas disebut sangat bergantung pada dana eksternal untuk membiayai kegiatan konstruksinya.
Selain itu, peringkat idBBB juga mencerminkan posisi pasar WIKA yang kuat pada industri konstruksi nasional dan sumber pendapatan yang terdiversifikasi. Namun, peringkat dibatasi oleh profil likuiditas yang lemah, risiko ekspansi sebelumnya, dan lingkungan bisnis yang bergejolak.
“Outlook Negatif mencerminkan pandangan kami terhadap risiko refinancing WIKA yang meningkat karena fleksibilitas keuangan yang lebih terbatas dipicu oleh profil keuangan yang lebih lemah dan sentimen pasar yang negatif terhadap sektor konstruksi,” tulis Pefindo dikutip dari ikhtisar peringkat WIKA pada Selasa (30/5/2023).
Baca Juga
Pefindo menilai ketidakmampuan WIKA dalam mengatasi kinerja operasional yang lemah ditambah masalah likuiditas waktu dekat dapat berdampak pada penurunan peringkat yang lebih jauh.
Meski demikian, Pefindo dapat merevisi outlook menjadi stabil jika WIKA meningkatkan kinerja bisnis dan indikator yang signifikan. Outlook stabil juga dapat diberikan jika WIKA dapat menghasilkan arus kas yang lebih kuat secara berkelanjutan.
Sebagai informasi, WIKA sedang mengajukan penundaan pembayaran utang atas fasilitas pokok dan bunga kepada perbankan. Emiten konstruksi plat merah tersebut juga memiliki utang triliunan ke sejumlah bank BUMN.
Dari data yang dihimpun Bisnis, pinjaman jangka pendek WIKA kepada himpunan bank milik negara (Himbara) atau bank BUMN mencapai Rp6,93 triliun. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menjadi pemberi pinjaman paling besar dengan nilai hingga Rp3,87 triliun.
Berikutnya adalah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) sebesar Rp734 miliar, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) senilai Rp500 miliar.