Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah berpeluang melanjutkan penguatan pada perdagangan Jumat (28/4/2023) di tengah pelemahan indeks dolar AS akibat rilis lemahnya data ekonomi.
Ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh lebih rendah dari perkiraan pada kuartal I/2023 karena percepatan belanja konsumen diimbangi oleh pengurangan investasi.
Dilansir dari Reuters pada Kamis (27/3/2023), Departemen Perdagangan AS melaporkan produk domestik bruto (PDB) naik 1,1 persen pada kuartal I/2023 dari periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Pertumbuhan ini berada di bawah ekspektasi ekonom dalam survei Reuters sebesar 2 persen dan turun dari 2,6 persen pada kuartal IV/2022.
Berdasarkan data Bloombergpada Kamis, (27/4/2023) rupiah terpantau menguat 129,5 poin atau 0,87 persen ke Rp14.706 per dolar AS.
Penguatan rupiah seiring dengan sejumlah mata uang Asia lainnya seperti baht Thailand yang menguat 0,04 persen, yuan China menguat 0,08 persen, dan rupee India menguat 0,08 persen.
Sementara itu, mata uang Asia yang melemah terhadap dolar AS yakni ringgit Malaysia yang melemah 0,02 persen, peso Filipina melemah 0,18 persen, won Korea melemah 0,10 persen, dan yen Jepang yang melemah 0,13 persen.
Baca Juga
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pada perdagangan besok kemungkinan rupiah akan dibuka fluktuatif namun ditutup menguat.
"Dalam penutupan sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 129 poin, walaupun sebelumnya sempat menguat 130 poin di level Rp14.706 dari penutupan sebelumnya di level Rp14.836," ujar Ibrahim dalam riset.
Untuk perdagangan hari ini, Ibrahim menyampaikan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp14.670 hingga Rp14.740 per dolar AS.
Sepanjang perdagangan kemarin, dolar AS melemah menjelang rilis data pertumbuhan utama AS, di tengah kekhawatiran atas risiko penularan perbankan, ekonomi yang melambat, dan kebuntuan plafon utang.
"Dolar terus turun hari ini, dengan suasana seputar mata uang yang tidak tertolong oleh kepercayaan deposan yang tampaknya terkuras dari First Republic Bank setelah mengungkapkan US$100 miliar penarikan pelanggan bulan lalu," ujarnya.
Kekhawatiran bahwa pengurangan pinjaman akan menghambat aktivitas ekonomi lebih lanjut menambah tanda-tanda bahwa pertumbuhan ekonomi AS sudah melambat sebagai akibat dari pengetatan moneter agresif Federal Reserve untuk memerangi inflasi yang melonjak.
Angka produk domestik bruto AS kuartal pertama akan segera dirilis, seperti yang diharapkan menunjukkan bahwa pertumbuhan turun menjadi 2 persen untuk tiga bulan pertama tahun ini, dari 2,6 persen pada kuartal sebelumnya.
The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin lebih lanjut minggu depan, tetapi ekspektasi tumbuh bahwa ini akan mewakili puncaknya, dengan suku bunga akan mulai turun pada paruh kedua tahun ini.
Sementara itu, Bank Sentral Eropa juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga minggu depan, tetapi dengan ekonomi Eropa menunjukkan tanda-tanda pemulihan dan sektor perbankan di kawasan ini terlihat lebih tangguh, bank sentral kemungkinan akan melanjutkan kenaikan suku bunga hingga musim panas, mendukung mata uang tunggal.
Rupiah ditutup naik 37,5 poin atau 0,25 persen menjadi Rp14.669 per dolar AS.
Indeks dolar AS naik 0,34 persen ke level 101,846.
Pukul 14.03 WIB, rupiah naik 37,5 poin atau 0,25 persen menjadi Rp14.669 per dolar AS.
Indeks dolar AS naik 0,18 persen ke level 101,684.
Pukul 10.15 WIB, rupiah naik 18 poin atau 0,12 persen menjadi Rp14.688,5 per dolar AS.
Indeks dolar AS naik 0,06 persen ke level 101,562.
Rupiah dibuka menguat 23 poin atau 0,16 persen menjadi Rp14.683,5 per dolar AS pukul 09.01 WIB.
Indeks dolar AS terkoreksi 0,01 persen ke level 101,493.