Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada sesi I perdagangan Selasa (18/4/2023) seiring dengan lonjakan saham MBMA, BBCA, ASII, NCKL, BMRI.
IHSG naik 0,54 persen atau 36,49 poin ke level 6.824,08 pada akhir sesi I. Sepanjang sesi, indeks bergerak di rentang 6.786,7-6.835,73.
Sebanyak 233 saham menghijau, 273 saham melemah, dan 205 saham di posisi yang sama dengan penutupan perdagangan sebelumnya sesaat setelah pembukaan.
Mayoritas indeks sektoral mengawali pembukaan di zona hijau dengan kenaikan tertinggi pada sektor energi yang menguat 1,5 persen. Kemudian sektor industri naik 1,14 persen dan industri dasar menguat 0,75 persen.
Sementara itu, sektor-sektor yang melemah di antaranya adalah transportasi sebesar 1,13 persen, properti turun 0,43 persen, dan konsumer non-cyclical melemah 0,3 persen.
Di jajaran saham-saham berkapitalisasi terlaris, pendatang baru MBMA menguat 15,72 persen menjadi Rp920. Selanjutnya, saham BBCA naik 1,11 persen, ASII 3,21 persen, NCKL 4,29 persen, dan BMRI 0,98 persen.
Baca Juga
Saham-saham pendatang baru yang resmi mencatatkan sahamnya hari ini seperti PT era Digital Media Tbk. (AWAN) terpantau menguat menyentuh auto reject atas (ARA) 35 persen ke harga Rp135.
Sementara itu anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA), PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) menguat 15,72 persen atau 125 poin ke level Rp920 per sahamnya.
Sementara itu, saham IPO lainnya yakni PT Menn Teknologi Indonesia Tbk. (MENN) justru melemah 8,97 persen ke harga Rp71.
Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya menyebutkan IHSG kemarin bergerak di zona merah ketika bursa regional Asia bergerak mixed di tengah prospek kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Sementara itu People's Bank of China (PBOC) mempertahankan suku bunga pada level 2,75 persen sebagai upaya untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi China. Di tengah kebijakan tersebut, pasar juga menanti laporan pertumbuhan ekonomi kuartal I/2023 China.
Dari dalam negeri, neraca perdagangan Maret masih membukukan surplus meskipun terdapat perlambatan daripada Februari 2023. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan pada Maret 2023 mencapai US$2,91 miliar lebih rendah dibandingkan Februari 2023 yang mencapai US$5,48 miliar.
“Di sisi lain pasar juga menanti hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI April 2023 dan arah kebijakan moneter sehubungan dengan suku bunga acuannya. Pasar berharap bank sentral terus menjadi stabilitas dan sistem keuangan, di tengah perkiraan inflasi dan upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi,” tulis Pilarmas.